Gempar! Bustami-Safrizal Diisukan Berpasangan di Pilkada Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Redaksi
Flayer beredar di berbagai grub sosial media. Foto: umum
DIALEKSIS.COM | Aceh - Suasana menjelang penentuan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Aceh dalam Pilkada mendadak memanas. Perbincangan di berbagai media sosial diramaikan oleh beredarnya flyer yang menampilkan Bustami Hamzah bersama Safrizal, yang lebih dikenal dengan nama Gamgam, sebagai pasangan calon.
Isu ini tidak hanya menjadi buah bibir di media sosial, tetapi juga menjadi topik hangat dalam berbagai diskusi offline. Untuk mengklarifikasi rumor tersebut, Dialeksis.com (16/07/2024) menghubungi Tgk Abrar Muda, mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang masih dianggap sebagai tokoh berpengaruh dalam perpolitikan Aceh.
Abrar Muda, yang pernah menjabat sebagai Panglima GAM Wilayah Lhok Tapaktuan dengan wilayah operasi yang luas dari Aceh Selatan hingga Subulussalam dan Aceh Singkil, dipilih sebagai narasumber mengingat kedekatannya dengan Gamgam secara emosional, baik sebagai sesama mantan anggota GAM maupun hirarki semasa konflik dahulu.
Menanggapi pertanyaan tentang rumor tersebut, Abrar Muda dengan tegas membantah. "Itu gosip semata, tanpa dasar kuat. Tentunya Gamgam akan berkomunikasi dengan saya, namun sejauh ini belum ada komunikasi sama sekali," ujarnya.
Posisi Abrar Muda sebagai mantan Panglima Wilayah GAM membuat banyak pihak berasumsi bahwa langkah politik semacam ini pasti telah mendapat restunya. Asumsi ini tidak mengherankan, mengingat hierarki dan loyalitas yang kuat di kalangan mantan kombatan GAM masih terjaga hingga kini.
Ia menegaskan bahwa hingga saat ini, ia belum mendengar atau menerima informasi apapun terkait pencalonan Gamgam berpasangan dengan Bustami Hamzah. "Tidak ada cerita bagi Abang," ujarnya, menambahkan bahwa sejauh yang ia ketahui, tidak ada pergerakan politik apapun dari pihak-pihak yang disebutkan dalam rumor tersebut.
Menanggapi fenomena beredarnya isu ini, Abrar Muda memandangnya sebagai bagian dari dinamika politik Aceh. "Itu kan untuk memanaskan politik di Aceh saja," komentarnya. Pernyataan ini menunjukkan kearifan dan pengalaman politiknya dalam membaca situasi.
Sikap Abrar Muda yang berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam menanggapi isu politik menunjukkan kematangan dan kebijaksanaannya sebagai seorang tokoh senior. Ia memilih untuk tidak membesar-besarkan isu yang belum terbukti kebenarannya, sekaligus tidak membantah kemungkinan terjadinya perubahan dalam konstelasi politik Aceh di masa depan.
Dengan demikian, meski rumor beredar luas, tokoh kunci seperti Abrar Muda masih memilih sikap wait-and-see, menunjukkan bahwa dinamika politik Aceh masih terus berkembang menjelang Pilkada.