DIALEKSIS.COM | Meulaboh - Pemerintah Gampong Suak Indrapuri, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, menggelar pelatihan public speaking bagi generasi muda, Kamis (29/5/2025). Kegiatan ini berlangsung di Balai Desa Gampong Suak Indrapuri dan diikuti oleh puluhan peserta yang berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa.
Pelatihan ini menyasar kalangan Generasi Z, khususnya pemuda dan pemudi yang berdomisili di Gampong Suak Indrapuri. Para peserta terdiri dari pelajar SLTA/Madrasah Aliyah di Kota Meulaboh, serta mahasiswa dari Universitas Teuku Umar (UTU), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Meulaboh, hingga Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.
Kegiatan dibuka langsung oleh Geuchik Suak Indrapuri, Drs. Syaban Lubis, dan menghadirkan tiga pemateri dari kalangan akademisi Universitas Teuku Umar, yakni Said Fadhlan, S.IP., M.A (Dosen Ilmu Komunikasi UTU dan pakar public speaking); Diah Pratiwi, S.Psi (Psikolog muda dan kandidat Magister Sosiologi); dan Yusril Suhendra, S.I.Kom (Pegiat literasi digital dan wisudawan terbaik UTU 2024).
Dukung Potensi Pemuda Desa
Dalam sambutannya, Geuchik Syaban menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari program yang dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Gampong (APBG). Ia menyebutkan bahwa penguatan keterampilan berbicara di depan publik menjadi bekal penting bagi generasi muda untuk menjawab tantangan era digital.
“Public speaking bukan hanya tentang bicara di depan umum, tapi juga tentang keberanian menyampaikan ide, membangun kepercayaan diri, dan menjadi agen perubahan di tengah masyarakat,” ujarnya.
Syaban menambahkan, kegiatan ini merupakan yang kedua kalinya digelar oleh pemerintah desa untuk kalangan remaja. Sebelumnya, pada tahun lalu, pihaknya mengangkat isu narkoba dan judi daring sebagai tema pembinaan.
Literasi Digital hingga Tantangan Era Post-truth
Pada sesi pertama, Said Fadhlan menyampaikan pentingnya public speaking sebagai keterampilan komunikasi yang harus dimiliki generasi muda dalam menghadapi era digital yang penuh distraksi.
Selanjutnya, Yusril Suhendra mengangkat topik literasi digital dan pentingnya bersikap kritis terhadap arus informasi yang cepat dan masif.
Adapun Diah Pratiwi membahas isu sosial dan psikologis generasi muda di era post-truth, terutama dalam membangun konsep diri dan menyikapi tekanan sosial akibat perkembangan teknologi informasi.
“Pengetahuan dasar tentang public speaking akan membentuk kepercayaan diri remaja. Mereka bisa percaya bahwa setiap individu punya kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik,” ujar Diah.
Suasana Dinamis dan Interaktif
Kegiatan yang berlangsung sepanjang hari ini diwarnai dengan diskusi aktif dan praktik langsung dari peserta. Antusiasme tinggi terlihat dari semangat para peserta yang bergantian mencoba berbicara di depan umum, dibimbing langsung oleh para pemateri.
Siti Rahmah, S.Sos.I, selaku pendamping desa, mengapresiasi keaktifan peserta. Menurutnya, pelatihan ini bukan hanya menambah ilmu, tetapi juga menjadi momen penting dalam membentuk karakter dan kepemimpinan generasi muda desa.
Di akhir acara, Geuchik Syaban berharap pelatihan ini dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan.
“Kami ingin anak-anak muda di desa tidak hanya sibuk dengan media sosial atau hal negatif seperti judi online dan narkoba. Mereka harus tahu bahwa mereka punya potensi dan masa depan. Inilah langkah awalnya,” katanya. [*]