Beranda / Berita / Aceh / Fakultas Pertanian Gelar Webinar Tantangan dan Strategi Bagi Agripreneuer Dimasa Pandemi Covid-19

Fakultas Pertanian Gelar Webinar Tantangan dan Strategi Bagi Agripreneuer Dimasa Pandemi Covid-19

Selasa, 19 Mei 2020 17:04 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Im Dalisah
Foto: Ist

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Fakultas Pertanian Unsyiah menggelar kegiatan Webinar (Seminar Nasional berbasis web), Selasa, (19/5/2020). Seminar yang diselenggarakan melalui aplikasi Zoom itu mengangkat tema "Tantangan dan Strategi Bagi Agripreneuer Dimasa Pandemi Covid-19".

Koordinator pelaksana kegiatan Webinar Akhmad Baihaqi, S.P, M.M.A mengatakan jumlah peserta yang mendaftar secara online lebih dari 400 orang. Namun setelah dilakukan verifikasi dipastikan sebanyak 366 orang sebagai peserta.

"Tapi pada saat live zoom peserta yang mengakses sejumlah 255 orang," ujar Baihaqi dalam siaran pers nya, Selasa, (19/5/2020). 

Dekan Fakultas Pertanian Univeras Syiah Kuala Prof. Dr. Ir. Samadi, M.Sc dalam sambutannya mengatakan pandemi Covid-19 merupakan pukulan berat terhadap dunia pertanian. Ia pun berharap agar acara tersebut dapat memberi masukan positif bagi Agripreneur.

"Semoga dengan adanya seminar nasional ini dapat memberikan masukan khususnya bagi Agripreneur agar mampu bertahan hingga berakhirnya wabah," ucap Samadi.

Sementara itu, narasumber pertama Dr. Ismaya Nita Rianti Parawansa, S.P, M.Si Kabid penyelenggaraan pendidikan BPPSDMP Kementrian Pertanian RI mengatakan tantangan besar pertanian pada masa Covid-19 berupa kecukupan pangan, kesejahteraan petani, potensi krisis global dan rantai pasok pangan dunia terancam ditengan pemberlakuan karantina wilayah.

"Strategi yang merupakan arahan Menteri Pertanian RI pada masa pandemi Covid-19 berupa ketersediaan pangan untuk 265 juta jiwa masyarakat indonesia, peningkatan kesejahteraan petani dan peningkatan ekspor," jelas Ismaya.

Dia melanjutkan, terdapat beberapa program utama yang telah dirumuskan oleh Kementrian berupa:

1. Kostratani (komando strategis pembangunan pertanian tingkat kecamatan)

2. Propaktani merupakan peningkatan produksi tanaman pangan melalui pengembangan kawasan berbasis korporasi

3. KUR fasilitas pembiayaan infrastruktur dan alsintan

4. Gedor Hotri (pengembangan kawasan kortikultura berdaya saing)

5. Grasida (gerakan nasional peningkatan produktivitas, produksi dan daya saing perkebunan)

6. Sikomandan peningkatan populasi dan produktivitas serta mutu genetik ternak potong dan unggas

7. Akselerasi pemanfaatan inovasi teknologi dan perbanyakan benih dan bibit hasil litbang

8. Pengentasan daerah rentan rawan pangan melalui family farming, pertanian masuk sekolah (PMS) distribusi dan pengendalian harga pangan pokok serta diversifikasi pangan.

9. Penguatan layanan perkarantinaan dan akselerasi eksport melalui program gerakan tiga kali lipat ekspor (Gra TIeks)

10. Dukungan manajemen (belanja pegawai dan pengawasan).

"Melalui BPPSDMP (Badan penyuluhan dan perkembangan sumber daya manusia pertanian) fokus kepada pencapaian 5.640 kostratani, 50 juta tenaga kerja pertanian dan 2,5 juta pengusaha pertanian millenial," tambah Ismaya yang juga sebagai Ketua Pelaksana program PWMP.

Berikutnya narasumber kedua dari Departemen Sosial Ekonomi Peternakan UGM, Ahmad Romadhoni Surya Putra, Ph.D menjelaskan merebaknya wabah corona belakangan ini harusnya dapat menjadikan peluang bisnis. Penguatan sistem manajemen rantai pasok didorong oleh dua hal yaitu pushed-based model atau pull based model. 

Dhoni menambahkan, memasuki bulan suci ramadhan kebutuhan akan pangan bukan menurun, justru sebaliknya menjadikan permintaan kebutuhan pangan semakin meningkat. 

"Berdasarkan data primer 2020, persentase kenaikan permintaan pangan berupa beras mencapai 97,84%, telur ayam 50,31%, minyak goreng 33,02% dan daging ayam 43,52%," terang Dhoni

Dalam kesempatan itu Founder Deputroe Coffee Dedi Ikhwani, S.P juga menyampaikan ancaman coronavirus sudah menganggu perekonomian dunia. Pelaku UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) menjadi sasaran empuk karena secara manajerial belum siap dalam menghadapi tantangan persoalan global terutama skala mikro. Pemetaan masalah berupa tingkat pendidikan, modal, inovasi dan belum go digital, padahal serapan tenaga kerja mencapai 89,2% dari total 120,21 juta tenaga kerja nasional. 

"UMKM menjadi tumpuan perekonomian bangsa, tercatat tahun 2017 menyumbang PDB 60% dari sumber pendapatan lain. Pemerintah diharapkan segera memberikan stimulus ekonomi tepat sasaran untuk mendukung UMKM setidaknya bisa bertahan," kata dia.

Dedi juga menawarkan kepada UMKM agar memakai jurus 7S sebagai langkah solutif dalam menghadapi masa pandemi covid-19. Solusi tersebut berupa memperkuat mental, menjalin kemintraan, memastikan cashflow berjalan, melakukan review produk, minimalisir biaya, uptade teknologi digital dan bersedeka. 

"Deputroe Coffee secara perlahan terus beradaptasi dengan penguasaan teknologi digital seperti situs website www.deputroecoffee.com, whatapp, instragram, twiter, facebook, blogspot, youtobe hingga akses pada pasar onlineshop, market palace dan e-commerce, tegas Dedi yang juga alumni Fakultas Pertanian Unsyiah.

Sesi terakhir disampaikan oleh perwakilan mahasiswa penerima dana hibah PWMP (program wirausaha mahasiswa pertanian) Alisyahbana Siregar, S.P sebagai Founder Lhoknga Green Hydroponic. Ali menyampaikan materi Aktivitas dan tangangan agripreneur ditengah pandemi covid-19. Budidaya hydroponic tentunya memiliki kriteria terukur dengan baik seperti suhu, nutrisi tanaman, pengendalian hama, ph, dan hasil panen. 

Dia menjelaskan setiap kegiatan pertanian tentunya punya masalah yang dinamis. Senada dengan itu Ali yang merupakan alumi jurusan Agribisnis Unsyiah mengungkapkan tentang hambatan-hambatan yang dihadapi berupa produktivitas, cuaca, market, dan mentor. 

"Kegiatan PWMP ini sangat banyak memberikan manfaat bagi mahasiswa, menjadikan motivasi bagi calon sarjana pertanian untuk berwirausaha. Diharapkan kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masanya," imbau Ali. (Im)










Keyword:


Editor :
Im Dalisah

riset-JSI
Komentar Anda