Duta Gender Harus Menjadi Pelopor dan Pelapor Terhadap Isu Gender di Kampus
Font: Ukuran: - +
Pembekalan Duta Gender tahun 2024 UIN Ar-Raniry yang diselenggarakan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Kamis (12/9/2024). [Foto: Humas UINAR]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Duta Gender Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh diharapkan menjadi pelopor dan juga sekaligus menjadi pelapor terhadap isu-isu tentang gender yang terjadi di lingkungan kampus.
Diharapkan juga berbagai materi yang telah dibekali nanti dapat disampaikan kepada mahasiswa lain di sekitarnya.
Demikian disampaikan Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Ar-Raniry, Prof.Saifullah Idris di sela pembukaan Pembekalan Duta Gender 2024 UIN Ar-Raniry yang diselenggarakan Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) LP2M UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Kamis (12/9/2024), di Ruang Teater UIN Ar-Raniry.
"Salah satu isu global saat ini adalah tentang gender, gender bukan bukan lagi isu baru jika kita melihat secara historis, baik di Aceh, nasional maupun secara global. Hal yang juga penting adalah perspektif cara pandang isu gender tersebut, misalnya bagaimana memaknai manusia sebagai khalifah dalam memimpin dunia ini,” ujarnya dalam rilis, Kamis (12/9/2024).
Saifullah menambahkan, dalam konteks kelembagaan, mahasiswa sebagai "agen of change" diharapkan dapat menjadi sebagai perlopor dan duta perubahan, khususnya dalam kentek persoalan-persoalan isu gender yang terjadi dikalangan mahasiswa. Segala informasi dalam pembekalan ini ditransfer kepada mahasiswa lain di lingkungan prodi masing-masing.
Ketua PSGA UIN Ar-Raniry, Nashriyah menjelaskan bahwa kegiatan tersebut pada prinsipnya untuk memberikan pembekalan kepada seluruh mahasiswa, bahwa tidak selamanya kampus ini aman bagi setiap orang, termasuk mahasiswa.
Terkait itu, perlu dilakukan pemilihan duta gender yang mewakili setiap program studi yang ada di lingkungan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, untuk mendapatkan Gender Focal Point dikalangan mahasiswa, yang nantinya mampu mensosialisasikan kesetaraan dan keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan di kampus.
“Dari perwakilan 44 prodi, dan masing-masing prodi mendelegasikan sebanyak dua peserta (1 laki-laki dan 1 perempuan), setelah pembekalan ini akan dipilih untuk menjadi duta gender di tingkat universitas. Namun semua peserta yang telah mengikuti pembekalan ini juga akan menjadi duta pada setiap prodi masing-masing,” ujarnya.
Nashriyah menambahkan, seluruh peserta memiliki potensi, namun penilaian tetap dilakukan dalam sebuah proses pemilihan untuk menentukan yang terbaik dan terfavorit di antara peserta yang dibekali ini. sebab, sebelumnya mereka juga telah diseleksi oleh prodi masing-masing.
Ia menegaskan, keberadaan peserta sangat penting dalam mengikuti pembekalan ini dengan serius, akan dibekali dengan berbagai materi dan selanjutnya akan ditugaskan menjadi menjadi pelopor dan juga sekaligus sebagai pelapor untuk isu gender di lingkungan kampus UIN Ar-Raniry ini. [*]