Dr.rer.nat. dr. Muhsin, Sp.PD; Penyebaran Nyamuk Wolbhacia Harus Disosialisasikan Secara Intens
Font: Ukuran: - +
Reporter : Baga
DIALEKSIS.COM| Banda Aceh - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah menyebar nyamuk Wolbachia untuk menekan penyakit deman berdarah dengue (DBD) di lima kota Indonesia.
Lima wilayah kota yang disebar nyamuk Wolbachia itu adalah Jakarta Barat (DKI Jakarta), Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (NTT).
Sehubungan dengan penyebaran nyamuk untuk menekan DBD yang menimbulkan pro dan kontra, Dialeksis.com meminta tanggapan Dr.rer.nat. dr. Muhsin, Sp.PD. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
Menurut Muhsin, dalam Alqur,an sudah dijelaskan tentang persoalan nyamuk. Sehubungan dengan pemerintah menyebarkan nyamuk wolbhacia, sebaiknya harus dilakukan sosialisasi secara intens terlebih dahulu.
“Itu tehnologi baru, tidak semua orang paham dan akan menimbulkan spekulasi di tengah masyarakat. Walau ini memang bukan teknologi baru sekali di dunia, bagi Indonesia ini teknologi baru yang belum pernah diimplementasikan,” jelas Dr Muhsin.
Seperti negara Singapore misalnya, telah menerapkan tehnologi ini yang menjangkau sekitar 25% wilayah singapore. Ttetapi yang namanya Genetically Modified Organism (GMO) seperti wolbachia ini memang harus hati hati, jelas Muhsin.
Menurutnya, banyak cara untuk mengontrol vektor nyamuk. Ada cara kimia dan biologi seperti program Wolbachia ini. Seharusnya wolbhacia ini menjadi solusi terakhir, ketika kita tidak mampu lagi mengontrol vektor nyamuk dengan cara yang lebih aman.
Dr Muhsin berpendapat, untuk Banda Aceh sendiri kasus DBD belum menjadi Kejadian Luar Biasa. Untuk itu menurutnya, lebih baik tetap menggunakan cara cara yang ada sekarang, lebih kepada community engagement.
“Masyarakat harus dilibatkan secara maksimal, karena penyakit akibat nyamuk (mosquito borne disease) termasuk DBD, malaria dan filariasis (kaki gajah) bisa ditanggulangi maksimal dengan partisipasi masyarakat,” jelasnya.
Oleh karenanya menyinggung soal wolbhacia, Muhsin, berpendapat lebih kepada situasional daerah setempat. Karena ini merupakan salah satu upaya kontrol vector. Untuk itu dimulai mulai dari upaya yang paling murah dan mudah dulu.
“Soal nyamuk wolbhacia, efek jangka pendek sejauh ini aman. Namun efek jangka panjang masih dalam penelitian. Yang pasti ini organisme yang telah dimodifikasi genetik (GMO), sama seperti buah buahan organik yang selama ini sudah ada, buah yang besar, manis, tidak berbiji dan lainya Jadi ada yang memodifikasi untuk mendapatkan organisme terbaik,” jelas Muhsin.
“Sesuatu yang pasti, semua makhluk hidup telah dibekali oleh Allah kemampuan untuk bertahan hidup (survive) untuk mencegah dari kepunahan. Pastinya nyamuk juga seperti itu. Karena nyamuk telah ada dari ribuan tahun lalu. Dalam al Quran juga nyamuk telah disebutkan,” jelasnya.
Menurut Dr. Muhsin, penerapan tehnologi dalam mencegah DBD dengan menyebarkan nyamuk wolbhacia, itu merupakan jalan terakhir, karena masih digunakan upaya lain, yang bila dilakukan secara maksimal mampu mengontrol nyamuk secara aman.