Selasa, 23 Desember 2025
Beranda / Berita / Aceh / Dosen UTU Latih Nelayan Tradisional Cara Perawatan dan Perbaikan BuDarJan

Dosen UTU Latih Nelayan Tradisional Cara Perawatan dan Perbaikan BuDarJan

Sabtu, 06 Desember 2025 21:28 WIB

Font: Ukuran: - +


Tim dosen dan mahasiswa Program Magang Desa Binaan, UTU menggelar pelatihan perawatan dan perbaikan teknologi alat penangkapan ikan ramah lingkungan BuDarJan (Bubu Dasar Jaring) bagi nelayan tradisional di Desa Ujong Drien, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat. Dokumen untuk dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Meulaboh - Upaya menjaga keberlanjutan sumber daya laut sekaligus meningkatkan kemandirian nelayan terus dilakukan Universitas Teuku Umar (UTU)

Melalui tim dosen dan mahasiswa Program Magang Desa Binaan, UTU menggelar pelatihan perawatan dan perbaikan teknologi alat penangkapan ikan ramah lingkungan BuDarJan (Bubu Dasar Jaring) bagi nelayan tradisional di Desa Ujong Drien, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat.

Kegiatan pelatihan tersebut dilaksanakan pada Jumat, 12 Desember 2025, bertempat di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Ujong Drien. 

Pelatihan ini diikuti oleh 20 orang nelayan, yang merupakan anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Jaya Bersama dan Sepakat, sebagai penerima manfaat langsung dari program pengabdian masyarakat tersebut.

Pelatihan ini menjadi bagian dari komitmen Universitas Teuku Umar dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya bidang pengabdian kepada masyarakat.

Desa Ujong Drien sendiri telah ditetapkan sebagai Desa Binaan Universitas Teuku Umar sejak tahun 2022 hingga 2025, berdasarkan Surat Keputusan Nomor 512/UN59/DT.01.01/2023 tentang Penetapan Desa Binaan Universitas Teuku Umar.

Ketua pelaksana kegiatan, Afdhal Fuadi, S.Pi., M.Si., menjelaskan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan nelayan dalam merawat dan memperbaiki alat tangkap BuDarJan agar tidak cepat rusak dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama.

“Salah satu tujuan utama pelatihan ini adalah menjaga kualitas dan memperpanjang umur pemakaian alat penangkapan ikan BuDarJan. Selama ini, banyak alat tangkap yang rusak lalu dibuang, padahal sebenarnya masih bisa diperbaiki dan digunakan kembali,” ujar Afdhal.

Ia menambahkan, dalam pelatihan tersebut tim akademisi UTU memberikan materi sekaligus praktik langsung mulai dari pembersihan jaring bubu, perbaikan mulut bubu, hingga perbaikan tali bubu yang sering mengalami keausan akibat penggunaan di laut.

“Dengan adanya kegiatan ini, kami berharap nelayan menjadi lebih mandiri dalam menjaga kualitas alat tangkap dan mampu memperpanjang usia pemakaian BuDarJan sebagai alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan,” katanya.

Sementara itu, Dosen Universitas Teuku Umar, Dr. Muhammad Rizal, menyampaikan bahwa berdasarkan hasil riset yang dilakukan UTU, alat tangkap BuDarJan sebenarnya dapat digunakan hingga dua tahun, asalkan dirawat dengan baik dan benar.

“BuDarJan bisa bertahan sampai dua tahun. Namun ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, seperti membersihkan lumut yang menempel pada badan bubu atau jaring, pada tali bubu, serta memperbaiki bagian mulut bubu yang sering bengkok,” jelas Dr. Rizal.

Menurutnya, kondisi air laut yang asin menjadi faktor utama percepatan kerusakan alat tangkap. Oleh karena itu, perawatan rutin menjadi kunci utama agar BuDarJan tetap berkualitas dan tahan lama.

“Kalau tiga komponen utama ini dirawat dengan baik, maka usia pakai BuDarJan bisa maksimal hingga dua tahun,” tambahnya.

Antusiasme nelayan tradisional terlihat jelas sepanjang kegiatan berlangsung. Para peserta tidak hanya mendengarkan materi, tetapi juga terlibat langsung dalam praktik perawatan dan perbaikan bubu di lokasi TPI Desa Ujong Drien. 

Hal ini menunjukkan besarnya minat nelayan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mengelola alat tangkap secara berkelanjutan.

Program pengabdian masyarakat ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) tahun 2025, melalui skema Pemberdayaan Berbasis Wilayah dengan ruang lingkup Pemberdayaan Desa Binaan.

"Melalui kegiatan ini, kita berharap dapat terus berkontribusi dalam mendorong praktik perikanan yang ramah lingkungan, meningkatkan kesejahteraan nelayan tradisional, serta memperkuat sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat pesisir di Aceh Barat," tutupnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI