Kamis, 28 Agustus 2025
Beranda / Berita / Aceh / Dispora Aceh: Literasi Digital Jadi Kunci Pergaulan Sehat Pemuda

Dispora Aceh: Literasi Digital Jadi Kunci Pergaulan Sehat Pemuda

Rabu, 27 Agustus 2025 22:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Kepala Bidang Pengembangan Pemuda Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh, Masri Amin dalam Aspirasi Publik, Pergaulan Sehat di Era Digital dilansir media dialeksis.com di youtube TVRIAcehLive, Rabu (27/8/2025). [Foto: Tangkapan layar oleh dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Derasnya arus perkembangan teknologi digital hari ini telah membentuk wajah baru pergaulan generasi muda.

Interaksi yang dulunya berlangsung di ruang-ruang nyata, kini lebih banyak berpindah ke ruang virtual. Media sosial, aplikasi pesan instan, hingga platform berbasis konten menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Fenomena ini diakui oleh Kepala Bidang Pengembangan Pemuda Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh, Masri Amin. Menurutnya, masyarakat khususnya kalangan muda tidak bisa menghindar dari perkembangan teknologi, karena itu sudah menjadi realitas sosial yang menyatu dalam kehidupan modern.

“Dari hasil kajian, lebih dari 90 persen anak muda kita aktif berinteraksi dengan media sosial dan berbagai platform digital. Ada yang menggunakannya untuk hal-hal positif, tapi ada juga yang terseret pada konten-konten negatif yang justru membahayakan masa depan mereka,” ujar Masri dalam Aspirasi Publik, Pergaulan Sehat di Era Digital dilansir media dialeksis.com di youtube TVRIAcehLive, Rabu (27/8/2025).

Masri menekankan bahwa salah satu dampak serius dari masifnya penggunaan media sosial adalah terbukanya peluang masuknya ideologi-ideologi negatif.

Anak muda, kata dia, yang masih dalam masa pencarian jati diri, sangat rentan untuk dipengaruhi oleh narasi yang merusak.

“Hari ini kita menemukan banyak pemuda mulai bersentuhan dengan ideologi-ideologi negatif. Itu berbahaya, karena bisa menggerus integritas kebangsaan dan merusak perilaku. Kalau tidak diantisipasi, ancaman ini bisa merugikan bangsa dalam jangka panjang,” tegasnya.

Menurutnya, paparan itu tidak hanya berupa ajakan yang berkaitan dengan ekstremisme, tapi juga perilaku konsumtif, gaya hidup hedonis, hingga normalisasi pergaulan bebas yang bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan agama.

Masri mengingatkan, pada dasarnya teknologi lahir untuk memudahkan kehidupan manusia. Interaksi, komunikasi, hingga pekerjaan menjadi lebih praktis dengan adanya perkembangan digital. Namun, sebagaimana dua sisi mata uang, pemanfaatannya bisa membawa manfaat sekaligus mudarat.

“Kalau digunakan dengan benar, teknologi bisa membantu anak muda menemukan ilmu, peluang usaha, dan ruang kreativitas. Tapi kalau salah, justru menjadi pintu masuk pengaruh negatif yang merusak,” jelasnya.

Untuk itu,literasi digital dinilai sebagai kunci utama dalam membangun pergaulan sehat di era teknologi.

Masri menilai, bekal literasi ini harus ditanamkan sejak dini agar anak muda mampu memilah dan memilih konten yang bermanfaat, sekaligus membentengi diri dari paparan buruk.

“Sehat atau tidaknya pergaulan anak muda di era digital sangat bergantung pada pemahaman mereka tentang literasi. Kita tidak bisa menghindar dari arus besar ini, tapi kita bisa beradaptasi dengan bekal yang tepat,” katanya.

Ia menambahkan, saat ini pemerintah, sektor swasta, hingga lembaga swadaya masyarakat (LSM) sudah mulai aktif menggelar berbagai program literasi digital.

Mulai dari pelatihan penggunaan teknologi secara produktif, kampanye bijak bermedia sosial, hingga seminar yang menekankan pentingnya menjaga etika di ruang digital.

Dispora Aceh, lanjut Masri, juga telah merancang sejumlah terobosan untuk mendorong terciptanya pergaulan sehat bagi pemuda.

Program pembinaan pemuda berbasis literasi digital, pelatihan kepemimpinan, hingga wadah kreativitas seperti kompetisi konten positif menjadi bagian dari strategi pemerintah daerah.

“Dispora Aceh terus berupaya menghadirkan ruang-ruang positif bagi anak muda. Kami ingin mereka menjadikan teknologi sebagai sarana berkarya, bukan sebagai jebakan yang menjerumuskan,” ungkapnya.

Ia menilai, sinergisitas antar lembaga sangat penting untuk memastikan langkah ini berjalan efektif. Tidak cukup hanya pemerintah yang bergerak, melainkan juga perlu dukungan keluarga, sekolah, komunitas, hingga organisasi kepemudaan.

Lebih jauh, Masri menegaskan bahwa membangun pergaulan sehat di era digital bukan hanya tentang menghindari dampak buruk, tetapi juga tentang memaksimalkan peluang yang ada.

Dunia digital menyediakan banyak kesempatan bagi anak muda untuk mengembangkan potensi, baik di bidang ekonomi kreatif, pendidikan, maupun kewirausahaan.

“Kalau kita bisa membimbing mereka, anak-anak muda Aceh bisa jadi pelopor dalam memanfaatkan teknologi untuk hal-hal positif. Jangan sampai kita hanya jadi konsumen, tapi kita harus jadi produsen ide, inovasi, dan karya,” pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
17 Augustus - depot
sekwan - polda
bpka