Beranda / Berita / Aceh / Disbudpar Aceh Ajak Masyarakat Lestarikan Bahasa Daerah

Disbudpar Aceh Ajak Masyarakat Lestarikan Bahasa Daerah

Kamis, 16 Maret 2023 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: dok. Disbudpar Aceh

DIALEKSIS.COM | Aceh - PBB melalui UNESCO telah meluncurkan pemetaan bahasa yang terancam punah. Dari hasil pemetaan tersebut, Indonesia sangat kaya akan bahasa daerah

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kebudayan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Almuniza Kamal mewakili Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki saat memberi kata sambutan sekaligus membuka acara rapat koordinasi (rakor) dan diskusi kelompok terpumpun (FGD) revitalisasi bahasa daerah Gayo di Hotel Hermes Kota Banda Aceh, Kamis (16/3/2023).

Almuniza menyebutkan, UNESCO telah mencatat terdapat 143 bahasa di Indonesia. Sementara di Indonesia memiliki 719 bahasa daerah dengan 707 yang masih aktif. Namun ratusan bahasa tersebut hanya ada 13 bahasa yang memiliki penutur lebih di atas 1 juta orang.

“Bahasa tersebut, yaitu Aceh, Batak, Minangkabau, Rejang, Lampung, Sunda, Melayu, Jawa, Madura, Bali, Sasak, Makassar, dan Bugis. Namun penutur bahasa di Indonesia semakin berkurang,” sebutnya.

Almuniza menjelaskan, faktor pemekaran wilayah, bencana alam serta para penuturnya berpindah ke bahasa lain menjadi alasan punahnya bahasa daerah. Kondisi dengan penutur daerah yang rendah akan mengancam punahnya bahasa daerah.

“Fakta tentang punahnya bahasa di beberapa daerah di Indonesia sangat memprihatinkan kita semua. Sebagai kekayaan bangsa berbagai upaya konservasi atau revitalisasi telah dilakukan oleh pemerintah, sehingga dapat memberikan sumbangan yang signifikan dalam upaya melindungi bahasa dalam menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Hafidz Muksin, menyebutkan revitalisasi bahasa daerah ini adalah salah satu ikhtiar, komitmen dari pemerintah dalam rangka melindungi bahasa daerah agar tidak punah.

“Hal ini penting karena UNESCO juga sudah menghasilkan kajiannya bahwa terdapat ratusan bahasa di dunia ini akan mengalami kondisi punah,” ujar Hafidz.

Untuk kegiatan revitalisasi, sambungnya, tidak sampai pada saat ini saja melainkan bisa berkelanjutan, sehingga harus digencarkan kembali kepada masayakat bangga menggunakan bahasa daerah.

“Tentu menjadi tugas kita bersama khususnya kepada penutur generasi sebelumnya diharapkan mulai dari lingkungan keluarga, sekolah serta pemerintahan, mari bersama-sama bersatu padu bertekad untuk melestarikan bahasa daerahnya,” harap Hafidz.

Kegiatan tersebut ditutup dengan penandatanganan rumusan hasil rapat koordinasi dan komitmen bersama tiga kabupaten, yaitu Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah. [DBP]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda