kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Dilarang Masyarakat, Bupati Kumpulkan Truk sampah di Rumah Pribadi

Dilarang Masyarakat, Bupati Kumpulkan Truk sampah di Rumah Pribadi

Senin, 13 Januari 2020 19:47 WIB

Font: Ukuran: - +

Shabela Abubakar diantara truk sampah di rumah pribadinya di Paya Tumpi Takengon. 

DIALEKSIS.COM | Takengon- Masyarakat melarang membuang sampah di Tempat Pembuangan Ahir (TPA), dampaknya sampah di kota Takengon berjejal. Sampah yang sudah dimasukan dalam truk, ahirnya diparkirkan dibelakang rumah pribadi bupati.

"Biarkan rumah pribadi saya untuk sementara waktu tempat penampungan sampah. Bagaimana mau membuang sampah dalam kota Takengon, bila truk pengangkut sampah tidak dibenarkan melintas oleh masyarakat," tanya Shabela.

Menjawab Dialeksis.com, Senin (13/1/2019), Shabela menjelaskan, siapa yang akan membuang sampah dari dalam kota Takengon? Bila truk yang sudah dipenuhi sampah, tidak dibenarkan masyarakat untuk ditempatkan di pengendapan dan di TPA.

Selama ini lokasi pengendapan sampah di Paya Nahu di Kampung Kung tidak bermasalah, tiba tiba ditolak oleh masyarakat. Tidak dibenarkan kawasan itu ada sampah. Demikian dengan TPA Uwer Tetemi juga ada pelarangan kepada truk untuk tidak membawa sampah ke sana.

Dambaknya truk yang sudah mengisi sampah tidak tahu mau memarkirkan kemana sampah yang sudah penuh itu. Baunya menyengat dan akan ada aksi protes dari warga sekitar bila sampah itu diparkirkan di suatu tempat.

Mendapatkan persoalan ini, Bupati Aceh Tengah sembari mencari solusi mendapatkan tempat pembuangan sampah, dia memarkirkan truk yang dipenuhi sampah di halaman belakang rumah pribadinya di Paya Tumpi Takengon.

"Kita akan cari lokasi pembuangan sampah yang tepat, jadi untuk sementara diparkirkan di rumah pribadi saya.," jelasnya.

Shabela juga selain menyesalkan adanya upaya pelarangan ini, dia juga merasa prihatin dengan kondisi petugas sampah yang tak kenal lelah mengangkut sampah demi kenyamanan warga kota Takengon.

Mereka bekerja sampai jam 3 dini hari, saat dingin menusuk tulang. Petugas sampah ini tidak lagi memikirkan bagaimana nasib dan kesehatan mereka, semuanya mereka lakukan demi rakyat banyak. Namun kerja keras mereka tidak dihargai oleh masyarakat.

"Mereka meninggalkan istri dan anak, begadang setiap malam sampai dini hari, disela dinginya negeri ini. Tidak ada istilah hujan, sampah harus dibersihkan, mengapa kita masih tidak menghargai mereka," sebut Shabela.

Masyarakat masih membuang sampah sembarangan, sesuka hati. Bahkan ketika disiapkan container, masih ada yang membuang sampah di luar container, sehinga menambah beban petugas sampah. Namun petugas ini tidak pernah mengeluh, mereka tetap membersihkan sampah demi kenyamanan warga.

"Mereka itu pahlawan, walau diantara kita tidak menghargainya. Tanpa mereka kota Takengon akan dipenuhi sampah, untuk itu hargailah jerih payah mereka yang tak kenal lelah," jelasnya.

Bupati menjanjikan dalam waktu dekat ini, persoalan TPA sampah di negeri dingin itu akan diatasi. Sehingga sampah yang menumpuk di dalam kawasan kota dapat diangkut oleh petugas, demi kenyamanan bersama. (baga)


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda