kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Di Seputar Bandara Rembele Akan Dibangun Home Stay

Di Seputar Bandara Rembele Akan Dibangun Home Stay

Selasa, 29 Januari 2019 07:15 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS. COM | Redelong – Bener Meriah sampai saat ini belum memiliki hotel. Walau di Redelong menjadi pusat pemerintahan, tidak terlalu jauh dari Bandara rembele, namun di kabupaten penghasil kopi ini, bila kedatangan tamu harus menginap di Takengon Aceh Tengah.

Jarak Takengon- Redelong, sekitar 17 kilometer dengan waktu tempuh antara 25 sampai30 menit. Namun jarak dengan ibu kota kabupaten induk ini, bukan berarti Bener tidak selamanya tanpa hotel.

 "Bener Meriah memang daerah lintasan antara kabupaten induk Aceh Tengah dengan kabupaten Bireun, serta Aceh Utara, Lhokseumawe. Karena lintasanya dekat, dalam hitungan jam dan menit, ada yang berpikir di sini belum perlu hotel," sebut Tgk. Syarkawi Bupati Bener Meriah, menjawab Dialeksis, Selasa (29/1/2019) via selular.

Menurut Tgk. Syarkawi, sudah saatnya di negeri ini ada sebuh hotel, minimal home stay yang dikelola langsung oleh masyarakat. Jarak tempuh dari Takengon yang membutuhkan waktu antara 25 sampai 30 menit, terbilang lama bila ada sejumlah kegiatan di Bener Meriah.

Dari Bandara Rembele yang dekat dengan pusat pemerintahan di Redelong, jarak tempuhnya hanya dalam hitungan menit. Bila ada agenda di Bener, lantas peserta yang datang dari luar daerah, ke Takengon hanya untuk menginap, kemudian besok baru kembali ke Bener, ini kan peluang untuk Bener Meriah dalam mendirikan hotel, minimal home stay, sebut bupati.

"Sudah saatnya masyarakat di seputar Bandara memikirkan sebuah penginapan. Desa desa yang berada di seputaran Bandara harus membangun home stay, dibungkus dengan syariat Islam. Untuk tahap awal tidak perlu banyak, cukup dibangun 30 home stay (kamar) yang langsung dikelola desa," sebut Syarkawi.

Dana desa bisa dipergunakan untuk membangun home stay. Pembangunanya dilakukan bersama-sama oleh masyarakat beberapa desa di seputaran Bandara Rembele. Pembangunanya bisa dilakukan bertahap. Namun kalau untuk 30 home stay yang dibangun oleh desa di seputar Bandara, tidaklah memberatkan, apalagi dibangun bersama sama antar desa yang ada, kata Syarkawi.

Home stay ini akan dikelola desa. Katakan 30 home stay yang dibangun, dan terisi hanya sekitar 30 persen dalam setahun, artinya dalam satu home stay ada sekitar 100 malam. Dalam satu malam nilainya mencapai Rp 400 ribu, otomatis dalam setahun nilai pemasukan mencapai Rp 40 juta dikalikan kamar, nilainya mencapai Rp 1,2 milyar lebih, sebut bupati.

Itu juga hitunganya sudah sangat minimal. Artinya peluang mendapatkan pemasukan lebih dari nilai ini terbuka lebar. Bila dari pemasukan setahun ini yang dikelola desa, dibagi dengan mereka yang mengelolanya, tentunya ada keuntungan untuk desa yang menjadi pemasukan desa dalam menggerakan pembangunan, harap Syarkawi.

Untuk menggagasi pembangunan home stay itu, bupati menjanjikan akan mengajak para aparatur kampung desa yang berada di seputaran bandara, untuk urung rembuk. Membicarakan pembangunan home stay melalui Bumdes (Badan usaha milik desa) atau disana lebih dikenal dengan BUMK (Badan Usaha Milik Kampung).

Peran BUMK dalam mengelola dan mendirikan home stay di perumahan penduduk ini memiliki nilai plus. Bukan hanya untuk desa, namun untuk penginap. Selain memperdekat dengan pusat pemerintahan Bener Meriah, mereka juga akan bersentuhan langsung dengan masyarakat yang mayoritas menggelut tanaman perkebunan kopi.

Para penginap home stay akan disuguhi pemandangan hamparan kebun kopi, proses pengelolaanya, bahkan para tamu home stay dapat turun langsung mengurus dan mengelola kebun kopi yang merupakan dari bagian wisata agro.

"Sudah saatnya Bener Meriah memiliki penginapan, minimal untuk saat sekarang ini dibangun dulu home stay yang dikelola masyarakat melalui Bumdes," sebut Syarkawi. (Baga)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda