Demo 11 April, Teuku Kemal Fasya: Moment of Truth
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Akademisi, Teuku Kemal Fasya. [Foto: Istimewa]
DIALEKSIS.COM | Lhokseumawe - Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh seluruh Mahasiswa di Indonesia terkait penundaan pemilu, wacana 3 periode dan kenaikan harga BBM, PPN, Pangan dan sebagainya menjadi sebuah Moment of Truth terhadap kepemimpinan Joko Widodo.
Akademisi, Teuku Kemal Fasya mengatakan, bahwa ini menjadi moment of truth, karena publik disini sudah pesimis. “Beberapa perilaku dari rezim Jokowi terakhir ini agak sedikit aneh-aneh tidak dapat respon dari mahasiswa, jadi momen ini bertemu dengan beberapa hal secara akumulasi menjadi kritik terhadap pemerintahan Jokowi di periode keduanya,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Senin (11/4/2022).
Kemudian, dirinya menjelaskan, adapun kritik yang dimaksud ialah tentang gagasan wacana perpanjangan masa jabatan presiden atau wacana 3 Periode.
“Walaupun dalam ini Jokowi sudah memarahi menterinya, namun Anomalinya Luhut malah diberi jabatan lagi, dalam istilah politik ini disebut Dramaturgi, watak didepan dan perilaku di belakang berbeda,” sebutnya.
Menurutnya, aksi yang dilakukan mahasiswa ini sangatlah tepat mengoreksi yang tajam agar pemerintah Jokowi serius menjaga reformasi dan tidak berpikir untuk mempengaruhi DPR agar mengubah Konstitusi, sehingga wacana 3 periode itu terjadi.
Kemudian, kata Kemal, aksi ini yang ditujukan terhadap kenaikan BBM dan langkanya Minyak Goreng (Migor) itu juga anomalinya juga tepat sekali. Karena, menurutnya sebagai negara yang memiliki lahan sawit terbesar di dunia, sangat mustahil sekali bisa terjadi kelangkaan atau kekurangan.
“Walaupun logikanya bisa juga bertemu seperti ini, misalkan minyak sawit itu sebagian dijadikan sebagai bio-solar, jadi berebut akhirnya, antara pemberi minum untuk kendaraan solar dan kebutuhan minyak makan, dan dalam hal ini pemerintah jokowi juga sudah keliru dengan memberikan subsidi kepada pengusaha, bukan malah kepada masyarakat,” tukasnya.
Dan hal tersebut juga menjadi aneh, karena kata Kemal, dia (Jokowi/Pemerintah) harus bisa menjelaskan kemana larinya kuota penghasilan produksi minyak makan selama ini.
Lanjutnya, kata Kemal, momen ini sangat tepat dengan beberapa isu yang ada, walaupun juga ada beberapa yang tidak tepat.
“Misalkan meminta harga Pertamax untuk turun, logikanya tidak seperti itu,” kata Kemal.
Oleh karena itu, kata Kemal, sangat apresiasi dan salut kepada mahasiswa/i yang turun aksi ke jalan. “Selama tidak anarkis, dan tetap harus berhati-hati,” sebutnya.
Lebih lanjut, Kemal uga mengatakan, agar mahasiswa juga dapat lebih berhati-hati terhadap penunggang bebas.
“Karena hari ini para penunggang bebas ini juga sudah menunggu gerakan mahasiswa, ini yang seharusnya diwanti-wanti, karena aksi massa yang ada di video dan tersebar di media sosial itu luar biasa dan belum pernah kejadiannya bisa semasif ini, oleh karena itu, penting sekali untuk terus berhati-hati terhadap freerider dan tentu juga terhadap politikus yang akan memanfaatkan momen ini,” ungkapnya.
“Aksi kali ini bisa disebut sebagai aksi yang sangat berat, karena saat ini kita juga sedang berada dalam bulan suci ramadan dan sedang berpuasa, oleh karena itu, ini menjadi momen yang tepat, untuk adik-adik mahasiswa/i tetap semangat, tetap jaga isunya, tetap jaga keteladanan, tetap jaga diri, dan jangan anarkis, jangan sampai dinilai aksi ini sebagai aksi yang hura-hura atau aksi anarkis, selamat dan semangat untuk adik-adik mahasiswa,” pungkasnya. [ftr]