Beranda / Berita / Aceh / Daya Beli Senjata Mainan dan Mercon di Bireuen Menurun Drastis

Daya Beli Senjata Mainan dan Mercon di Bireuen Menurun Drastis

Jum`at, 14 Mei 2021 21:32 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Fajrizal
Khadafi penjual senjata mainan. [Foto: Fajrizal]

DIALEKSIS.COM | Bireuen - Memakai baju kaus warna orange garis hitam, Khadafi terlihat memanggil para pelintas yang melewati jalan Kampus Universitas Almuslim di Kota Matang Glp Dua.

Jumat sore (14/5/2021) para pelintas dengan memakai kendaraan roda dua maupun roda empat ramai melewati jalan tersebut.

"Piyoh-piyoh (mampir-mampir_red) murah-murah," kata Khadafi melirik pengendara yang melintas membawa anak-anak.

Kepada Dialeksis.com, Khadafi salah satu pedagang senjata mainan anak-anak mengungkapkan bahwa lebaran Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah kali ini omset penjualan senjata mainan menurun dratis.

"Biasa kalau hari raya sebelumnya. Lebaran kedua saya sudah dapat 12 Juta. Dalam satu hari senjata mainan yang saya jual terjual pada tahun lalu terjual 6 juta. Lebaran kali ini dalam dua hari, kita baru dapat uang 4 juta," akui Khadafi yang memiliki beberapa lapak penjualan senjata mainan anak.

Ia tak mengetahui pasti penyebab menurunnya daya beli anak-anak terhadap senjata mainan. "Saya rutin tiap lebaran menjual senjata mainan. Tapi entah kenapa tahun ini omset penjualan menurun. Entah karena pandemi Covid-19 atau memang masyarakat tidak ada uang," ujarnya lagi.

Khadafi mengatakan ada berbagai jenis senjata mainan yang ia jual. Harga terendah senjata mainan yang ia jual berkisar antara Rp 30 sampai Rp 40 ribu, sementara harga tertinggi mencapai Rp 150 ribu.

"Yang paling murah pistol, air soft gun. Yang paling mahal M16, sniper besar dan beberapa jenis senjata lainnya," sebut Khadafi sambil mengakui barang senjata mainan tersebut diambil dari Medan.

 Penjualan Mercon Menurun 

Hal yang sama juga diakui oleh penjual Mercon, Rahmat. Sambil memegang mercon dan tas warna hitam, Rahmat terlihat memanggil sejumlah pelintas. Ia menawarkan berbagai jenis mercon mulai yang  kecil hingga yang  besar.

"Beberapa waktu lalu, mercon saya disita. Yang menyita mengatakan bahwa mercon besar tak diizinkan untuk dijual. Saya sudah berusaha meminta balik, supaya mercon tersebut saya kirim balik ke Medan, permintaan saya dianggap tak dipenuhi. Akibat penyitaan tersebut saya merugi," ungkap Rahmat.

Rahmat mengakui lebaran tahun ini, omset penjualan mercon menurun dratis. Lebaran tahun lalu, ia mampu mendapatkan uang dalam sehari dari penjualan mercon Rp 2,5 juta.

"Lebaran tahun ini saya hanya dapat Rp 800 ribu/hari. Sangat menurun," akui Rahmat.

Pun demikian meskipun penjualan Mercon tahun ini menurun. Dirinya tetap yakin bahwa semua reseki sudah diatur oleh Allah SWT. (Fajri Bugak) 

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda