Beranda / Berita / Aceh / Darurat Narkoba di Aceh Harus Dilakukan Seperti Darurat Covid-19 di Indonesia

Darurat Narkoba di Aceh Harus Dilakukan Seperti Darurat Covid-19 di Indonesia

Kamis, 02 Desember 2021 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Ketua Umum DPP IKAN, Syahrul. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Selasa (30/11/2021), Banda Narkotika Nasional (BNN) berhasil menangkap Bandar Narkotika yang membawa 2 tas berisi narkoba jenis sabu sebanyak puluhan Kilogram. Penangkapan itu dilakukan di 2 (Dua) tempat, yakni penangkapan pertama di Jalan Medan-Banda Aceh, Kawasan Gampong Alue Itam, Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur, Sekitar pukul 11.45 WIB.

Kemudian, penangkapan kedua dilakukan di kota Langsa. Tepatnya di Jalan A Yani, Gampong Paya Bujok, Blang Paseh, Kecamatan Langsa Kota. Penangkapan kedua di lakukan oleh petugas BNN Republik Indonesia. pada saat melaukan penangkapan di Langsa petugas tak menemukan barang bukti narkoba jenis sabu-sabu.

Sampai saat pelaku belum diketahui identitasnya, dan juga belum diketahui berapa jumlah pasti sabu yang diamankan oleh petugas.

Saat informasi yang dihimpun Dialeksis.com, bahwasannya seluruh pelaku dan barang bukti telah diamankan di Kantor BNNK Langsa.

Penangkapan bandar narkoba ini bukan pertama kalinya dilakukan di Aceh dalam sekala besar.

Ketua Umum DPP IKAN, Syahrul mengatakan, Aceh saat ini menjadi wilayah pasar besar terhadap narkoba ini. “Karena salah satu faktornya adalah letak geografis Aceh yang sangat strategis. Sehingga menjadikan Aceh sebagai salah satu pintu masuk atau pasar narkoba terutama sabu-sabu ke Indonesia dari luar negeri,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Kamis (2/12/2021).

Kemudian dirinya mengatakan, rata-rata narkoba ini masuk ke Indonesia atau Aceh dari luar negeri itu berasal dari Malaysia dan Thailand.

“Umumnya itu lewat jalur tikus yang ada di sepanjang pantai di Aceh ini. Itu salah satu faktor yang menyebabkan Kenapa bisa masuk,” sebutnya.

Kemudian, kata Syahrul, penyebab lainnya adalah bahwa Aceh bukan lagi daerah transit untuk narkotika itu tapi sudah juga menjadi pasar utama. Sehingga, permintaan akan narkoba di Aceh itu tinggi.

“Karena permintaannya tinggi, makanya supply-nya juga tinggi, selain diedarkan ke seluruh wilayah yang ada di Indonesia.

Walaupun Banyak sekali bandar-bandar narkoba di Aceh ditangkap yang baru-baru ini, kata Syahrul, itu tidak akan memberi efek Jera kepada mereka.

Syahrul mengatakan, pertama kita juga mengapresiasi setiap apa yang dilakukan oleh BNN, Kepolisian, maupun lembaga-lembaga terkait lainnya dalam upaya pengungkapan ataupun penangkapan permasalahan narkotika ini.

“Kami dari ikan itu sangat mengapresiasi, akan tetapi yang lebih penting itu adalah bagaimana membangun budaya masyarakat dalam memerangi peredaran dan penyalahgunaan narkoba,” sebutnya.

Syahrul menyampaikan, hal-hal seperti itu yang harus dibangun. Terutama kepada masyarakat-masyarakat yang ada di sekitar pantai pantai Aceh ataupun jalur tikus masuknya narkotika di Aceh.

“Tapi ini kita juga tidak bisa memberikan atau hanya sekedar menyampaikan seperti itu kepada masyarakat, tentu ada langkah-langkah strategis yang harus dilakukan terutama oleh pemerintah setempat, dimulai dari Provinsi, Kabupaten/Kota yang ada di Aceh terutama di jalur rawan masuk narkotika, semuanya harus bersinergi, tidak bisa kita serahkan kepada masyarakat saja,” tukasnya.

“Masyarakat juga takut, karena itu harus ada jaminan keamanan untuk mereka, Kemudian, pemerintah maupun kita juga sudah tahu, bahwa jalur masuk paling utama itu lewat jalur tikus, karena harus ditingkatkan juga razia di lokasi rawan tersebut atau pengamanan di jalur masuk itu,” ujarnya.

Dan ini kata Syahrul, juga menjadi masalah. “Saya sendiri bahkan tidak tahu persis bagaimana penangkaran darurat narkoba, terutama yang masuk lewat jalur-jalur tikus itu dan juga dengan anggaran untuk kepolisian ataupun BNN dalam mengawal perbatasan-perbatasan laut itu pun tidak akan mampu mengawasi jalur masuk tersebut,” tambahnya.

Kemudian, Dirinya mengatakan, memang disatu sisi, ada hal-hal dan berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Kepolisian maupun BNN dalam bentuk sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, di sekolah-sekolah, dan ditingkat remaja.

“Hal seperti tidak hanya dilakukan oleh lembaga pemerintah, namun juga dilakukan oleh lembaga-lembaga sosial lainnya seperti IKAN, dan teman-teman lainnya dari LSM yang melakukan kegiatan sosialisasi untuk masalah narkoba ini, namun itu belumlah cukup, karena permasalahan narkoba ini sudah darurat yang kompleks,” sebut Syahrul.

Hal ini dipicu karena dari, faktor ekonomi, gaya hidup dan segala macam. Syahrul mengatakan, memang ini sulit sekali Kita untuk merubah mindset masyarakat supaya tidak terlibat di dalam penyalahgunaan narkotika.

Dan sebenarnya dalam hal ini, kata Syahrul, yang paling penting adalah kesadaran masyarakat bahwa itu memang bukan sesuatu yang halal itu adalah sesuatu yang sangat merusak generasi kita.

“Bahkan selanjutnya keluarga bandar-bandar itu juga pasti akan hancur juga, karena itu harus kita bangun kesadaran masyarakat dan kekuatan iman di masyarakat. Karena itu semua harus bersinergi, tidak bisa hanya pemerintah saja, namun ulama, Da’i, semua elemen harus bersinergi dalam hal ini,” jelasnya.

Kemudian terhadap generinasi milenial yang juga kini menjadi bahan incaran utama oleh narkoba ini, Syahrul menyampaikan, yang pertama harus dilakukan oleh generasi muda adalah meningkatkan iman dan taqwa.

“Dengan cara dia sholat, kemudian dia mengikuti pengajian dan dia juga harus benar-benar jangan terpedaya dengan pergaulan yang memang kalau sudah tahu bahwa pergaulan itu adalah pergaulan yang tidak baik ya artinya dia harus mencari teman yang memang bener-bener mengajaknya untuk kebaikan,” kata Syahrul.

Syahrul sangat yakin, bahwa generasi muda kita saat ini dengan teknologi sekarang mereka tahu bagaimana bahayanya narkotika itu.

Kesadaran Masyarakat

Kesadaran ini yang harus ditingkatkan, kata Syahrul, sebagian besar masyarakat di gampong itu tahu bahwa ada bandar-bandar, namun dibiarkan terus, sehingga merajalela.

“Jadi peran Keuchik, pemerintah masyarakat itu memang harus bersatu. Kalau bisa kita buat orang terhadap narkotika ini sudah darurat narkoba sudah bertahun-tahun. Buatlah seperti darurat Covid-19, masuk mall, kantor harus periksa urin, jadi ada upaya masif. Covid-19 ini penangannya bagus, walaupun masih ada yang membangkan, namun seluruh Indonesia semua bergerak. Nah ini yang tidak kita lakukan sampai saat ini,” pungkasnya. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda