Beranda / Berita / Aceh / Dari Pertemuan Konferensi Hingga Raih Gelar Profesor Bareng Istri, Ini Sekilas Perjalanan Prof Khairul

Dari Pertemuan Konferensi Hingga Raih Gelar Profesor Bareng Istri, Ini Sekilas Perjalanan Prof Khairul

Kamis, 27 Februari 2020 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indra Wijaya

Prof Khairul Munadi dan Prof Fitri Arnia, Pasutri yang meraih gelar profesor berbarengan usai dikukuhkan di AAC Dayan Dawood, Unsyiah Banda Aceh, Rabu (26/2/2020). [Foto: Indra Wijaya/Dialeksis.com]



DIALEKSIS.COM | Banda Aceh – Wajah mereka tampak lelah namun bercampur bahagia. Pasalnya, pasangan suami istri (Pasutri) itu tak henti-hentinya melayani para undangan sekadar mengucap selamat dan foto bersama.

Suasana semakin haru saat pria yang baru saja dikukuhkan menjadi profesor itu menyampaikan orasi ilmiahnya.

"Seorang superwoman yang menemani saya ke mana pun. Dan, sekarang ia menemani saya saat dikukuhkan menjadi profesor,” kata Khairul disambut riuhan suara tamu undangan yang hadir di AAC Dayan Dawood, Rabu (26/2/2020).

Prof Khairul Munadi dikukuhkan berbarengan dengan sang istri yakni Prof Fitria Arnia sebagai Guru Besar di Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).

Dalam orasi ilmiahnya, Prof Khairul mengucapkan rasa terima kasih yang amat mendalam kepada sang istrinya. Menurutnya, Prof Fitria merupakan sosok seorang ibu bagi anak-anaknya, menjadi teman diskusi, mitra kerja sekaligus pasangan hidupnya.

Kedua Pasutri ini awalnya bertemu di salah satu konferensi ilmiah internasional. Prof Khairul yang saat itu berstatus mahasiswa mewakili Institut Teknologi Sepuluh November. Sedangkan sang istri yakni Prof Fitria mewakili Universitas Sumatra Utara.

“Saya langsung feeling, kalau inilah dunia (pasangan hidup) saya,” kata Prof Khairul dengan raut wajah bahagia.

Setelah menikah, lanjutnya, mereka juga sempat berpisah. Prof Khairul waktu itu harus menyelesaikan Studi S2 dan lanjut S3 di Jepang. Sedangkan istrinya, Prof Fitria sedang menyelesaikan S2-nya di Australia.

Sempat terpisah jarak dan waktu, namun mereka tetap saling bahu-membahu dalam menyelesaikan tesis masing-masing.

Dalam menyelesaikan studi, kendala dan tantangan sering kali ia dan istri hadapi. Meski demikian, karena kecintaannya di dunia akademis, mereka tetap melakukannya secara mandiri.

"Itu sebuah tantangan akademik yang normal bagi saya. Saat kita dihadapi dengan sebuah keilmuan yang baru, saat studi S3 kita harus menentukan mana yang baru dan yang lama,” sebutnya.

Ketika menyelesaikan studinya, tantangan terberat yang ia hadapi ialah ketika meninggalkan anak di rumah. Saat itu menurutnya hal terberat yang ia lakukan. Kerena ketika masa anaknya masih kecil dan sering di tinggal sendiri.

“Saat anak kita tinggalkan sendiri di rumah, itulah tantangan terberat. Karena kita saat itu sedang sibuk menyelesaikan studi dan anak masih dalam masa pertumbuhan,” ungkapnya.

Berhenti dari Pekerjaan

Sebelum menjadi akademisi seperti saat ini, dulu Khairul pernah bekerja di sebuah perusahaan swasta di Medan. Meski telah bekerja, ia tetap menyempatkan waktu setiap akhir pekan untuk kembali ke Banda Aceh.

Ia mengajar di Prodi Elektro yang saat itu baru dibuka. Karena kecintaannya di dunia akademisi dan juga telah menjadi cita-citanya, ia memutuskan berhenti bekerja.

“Karena memang sudah suka di dunia akademik ini dan juga memang cita-cita sejak dulu,” ujarnya.

Ia juga berpesan kepada akademisi muda yang tengah menjalani bangku perkuliahan agar terus konsisten dalam melakukan sesuatu. Ketekunan menjadi point penting.

“Tak penting kita harus mencapainya dalam waktu dekat. Meskipun dalam jangka waktu yang lama, yang terpenting itu tetap konsisten melakukannya. Yang penting kita melakukan apa yang kita senangi dan yang kita inginkan," katanya.

“Membaca juga merupakan salah satu point penting. Dengan kita banyak membaca, kita mendapatkan banyak ilmu baru. Kita jangan hanya berharap belajar dari kampus saja. Tetapi kita juga harus mencari pelajaran di luar kampus,” pungkasnya. (IDW)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda