Beranda / Berita / Aceh / Dai Perbatasan Berbagi Pengalaman dan Tantangan Berdakwah di Aceh Singkil

Dai Perbatasan Berbagi Pengalaman dan Tantangan Berdakwah di Aceh Singkil

Sabtu, 09 November 2024 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +


 Dai Perbatasan Pemerintah Aceh. Foto: Humas DSI


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tgk Jamaluddin seorang dai perbatasan yang telah mengabdikan diri selama 15 tahun di Kabupaten Aceh Singkil, berbagi pengalaman dan tantangan dalam menjalankan tugas dakwah di wilayah perbatasan.

Sebagai bagian dari program Pemerintah Aceh, ia menghadapi berbagai rintangan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perjuangan dakwah di daerah terpencil dan berbatasan.

Tgk Jamaluddin menjelaskan bahwa meskipun tantangan dakwah di perbatasan sangat besar, cara pandang dan sikap seorang dai menjadi kunci utama untuk menghadapinya.

"Namanya dakwah, tantangan dan rintangan pasti ada. Namun itu semua tergantung kita bagaimana dalam menyikapinya," ujar Jamaluddin dengan penuh keyakinan dalam wawancara bersama Media Center Aceh, Jumat (8/11/2024).

Menurut Tgk Jamaluddin, wilayah perbatasan memiliki kondisi sosial dan budaya yang sangat berbeda dibandingkan daerah lainnya. Oleh karena itu, seorang dai perbatasan harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang tantangan yang dihadapi, serta bagaimana mengatasi perbedaan budaya dan sosial di lapangan.

Salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi dalam melaksanakan dakwah di Aceh Singkil adalah keterbatasan jumlah dai yang ada. Tanpa adanya dai yang cukup, penerapan syariat Islam di daerah perbatasan akan semakin sulit untuk diperkuat dan disempurnakan. "Jika tidak ada dai di daerah perbatasan, maka dapat dipastikan akidah umat akan hancur," tegasnya.

Tgk Jamaluddin menekankan bahwa keberadaan dai perbatasan sangat krusial untuk menjaga kekuatan agama dan syariat Islam di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan. Masyarakat Aceh, khususnya di daerah perbatasan, terkenal dengan kekuatan agamanya, namun penerapan syariat Islam yang luntur bisa menyebabkan perubahan dalam pola pikir dan perilaku masyarakat.

"Jika kita ingin menjaga keutuhan Aceh, terutama di daerah perbatasan, maka kita harus menjaga kekuatan agama. Penerapan syariat Islam yang kuat adalah kunci utama untuk mencegah hal buruk yang bisa terjadi apabila keimanan masyarakat mulai goyah," ungkap Tgk Jamaluddin dengan penuh semangat.

Selain berfokus pada dakwah, Tgk Jamaluddin juga berkomitmen untuk memperkuat akidah remaja di wilayah perbatasan.

Ia menjelaskan bahwa pembinaan para remaja sangat penting untuk membentuk karakter mereka agar tidak terpengaruh oleh pengaruh negatif zaman. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan membina pergaulan remaja melalui kegiatan-kegiatan terstruktur di masjid.

“Kami berkomitmen untuk memperkuat aqidah remaja, dengan memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai agama serta membina mereka agar dapat menjaga diri dari pengaruh buruk,” jelasnya.

Melalui program remaja masjid, Tgk Jamaluddin berharap para remaja memiliki wadah positif untuk mengembangkan diri, menjaga sikap, serta menghindari perilaku negatif yang dapat merusak masa depan mereka.

Tgk Jamaluddin berharap agar program dai perbatasan yang telah berjalan ini dapat terus berlanjut. Ia meyakini bahwa peran dai sangat vital dalam memastikan bahwa nilai-nilai Islam tetap terjaga di setiap pelosok daerah, terutama di wilayah perbatasan yang rentan terhadap berbagai pengaruh luar. Tanpa adanya pendampingan yang memadai, tantangan dakwah di daerah perbatasan akan semakin berat.

"Program dai perbatasan harus dilanjutkan karena sangat penting dalam menjaga kekuatan agama dan syariat Islam, terutama di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan," pungkas Tgk Jamaluddin.

Dengan segala tantangan yang ada, ia berharap semua pihak terus mendukung keberlanjutan program ini untuk memastikan bahwa syariat Islam tetap tegak dan nilai-nilai agama tetap terjaga di tengah masyarakat perbatasan.[]

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI