Bunda Literasi Aceh Dorong Minat Baca Anak Sejak Dini Melalui Story Telling
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Kegiatan pengukuhan Bunda Literasi, pemberian apresiasi di bidang perpustakaan dan kearsipan, serta peresmian Teater Library di Gedung Layanan Perpustakaan Aceh di Jalan T. Nyak Arief, Banda Aceh, Selasa (5/11/2024).[ Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Bunda Literasi Aceh, Hj. Safriati, turut menghadiri acara Story Telling bertajuk “Peningkatan Minat Baca Sejak Dini” yang digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh pada Selasa (5/11/2024).
Acara ini diadakan di Gedung Layanan Perpustakaan Aceh di Jalan T. Nyak Arief, Banda Aceh, dan diikuti antusias oleh anak-anak dari PAUD Permata Hati PKK Aceh.
Dikenal akrab dengan panggilan Bunda Nana, Hj. Safriati memimpin sesi mendongeng dengan mengisahkan cerita tentang seorang tukang kayu yang kehilangan kapaknya di sungai.
Kisah ini tidak hanya menjadi hiburan bagi anak-anak, namun juga memberikan pesan moral penting tentang kejujuran dan ketekunan dalam menghadapi cobaan.
"Kadang kita kehilangan sesuatu yang kita sayangi, tetapi dengan kejujuran dan ketekunan, kita bisa menemukan hal yang lebih baik,” ujar Bunda Nana.
Setelah sesi mendongeng, Bunda Nana mengajak anak-anak untuk berdialog dan bertanya tentang impian serta cita-cita mereka.
“Siapa yang ingin menjadi anak pintar dan rajin membaca?” tanyanya dengan penuh semangat, seraya mengajak anak-anak untuk menumbuhkan minat membaca dan belajar.
Ia juga membagikan hadiah kepada anak-anak yang aktif menjawab pertanyaannya, menciptakan suasana yang hangat dan penuh keceriaan.
Acara ini juga didukung oleh kehadiran sejumlah tokoh masyarakat penting, seperti Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Aceh Dra. Sukmawati, Bunda Literasi Aceh Besar Cut Rezky Handayani, dan Bunda Literasi Aceh Barat, Nurmaziah.
Kehadiran mereka mencerminkan komitmen dan dukungan penuh untuk meningkatkan literasi sejak dini di Aceh, membangun generasi yang tidak hanya cerdas tetapi juga memiliki budi pekerti yang luhur.
Selain sesi Story Telling, rangkaian acara literasi ini juga mencakup pengukuhan resmi Bunda Literasi Aceh dan pemberian apresiasi kepada tokoh-tokoh yang berjasa di bidang perpustakaan dan kearsipan.
Kegiatan ini turut disertai dengan peresmian Teater Library, ruang teater kecil yang diharapkan dapat menjadi fasilitas baru dalam mengembangkan program literasi di kalangan anak-anak hingga dewasa.
Teater Library ini didirikan sebagai tempat bagi anak-anak dan masyarakat umum untuk menikmati pertunjukan cerita rakyat, film edukasi, serta berbagai kegiatan literasi lainnya.
Fasilitas ini berlokasi di Gedung Layanan Perpustakaan Aceh, dan didesain khusus untuk menciptakan pengalaman membaca dan belajar yang interaktif dan menyenangkan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh, Edi Yandra, turut memberikan sambutan dalam acara ini. Ia menyampaikan harapannya agar program-program seperti ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.
"Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, dan minat baca harus ditanamkan sejak dini. Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal dalam membentuk generasi Aceh yang cerdas, kritis, dan berwawasan luas,” ujarnya penuh semangat.
Menurutnya, Kehadiran Bunda Literasi dalam acara ini tidak hanya menjadi simbol pentingnya literasi, tetapi juga inspirasi bagi para orang tua dan tenaga pendidik untuk terus menanamkan nilai-nilai positif dalam kehidupan anak-anak.
Selain Bunda Nana, acara Story Telling ini juga dimeriahkan oleh Bunda Dyah yang membawa boneka bernama Bang Al. Dengan penuh keceriaan, Bang Al ikut mendongeng bersama Bunda Dyah, menciptakan suasana yang hidup dan interaktif.
Tidak hanya itu, kehadiran Bang Sangke, seorang pendongeng cilik berbakat, menambah keceriaan acara.
Dengan gaya yang luwes dan penuh humor, Bang Sangke berhasil menarik perhatian anak-anak, membuat cerita menjadi lebih menarik dan mudah diingat.
Interaksi ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran pada anak-anak bahwa membaca dan belajar adalah kegiatan yang menyenangkan.
Melalui acara ini, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh bersama Bunda Literasi ingin mewujudkan Aceh sebagai provinsi yang memiliki daya saing tinggi di bidang pendidikan dan literasi.
Peningkatan minat baca sejak dini diyakini sebagai pondasi penting dalam mencetak generasi yang mampu bersaing di kancah global.
Sebagai langkah konkret, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh berencana untuk mengadakan lebih banyak program literasi bagi anak-anak dan pelajar.
Selain sesi Story Telling, program lain yang akan dilaksanakan mencakup pelatihan literasi digital, lomba menulis cerita, dan peningkatan akses buku bacaan bagi sekolah-sekolah di wilayah terpencil.
"Melalui acara dan program literasi yang semakin inklusif, Pemerintah Aceh berharap dapat menciptakan generasi muda yang memiliki semangat membaca, gemar belajar, dan berwawasan luas. Komitmen ini tidak hanya untuk hari ini tetapi untuk masa depan Aceh yang lebih cerah," pungkasnya. [nh]