Budayawan Aceh: Potensi Batik Aceh PAD Bagi Daerah
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Budayawan Aceh, Tarmizi A Hamid. [Foto: IST]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kementerian Perindustrian mencatat nilai ekspor batik mencapai US$ 533 juta atau Rp7,6 triliun (asumsi kurs Rp14.268 per dolar AS) pada 2020.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, sementara itu, ekspor batik mencapai US$157,8 juta pada kuartal I 2021. Produksi batik tersebut berhasil menyerap 200 ribu tenaga kerja dari 47 ribu unit usaha yang tersebar di 101 sentra wilayah Indonesia.
Budayawan Aceh, Tarmizi A Hamid menjelaskan, Aceh mempunyai banyak seni ukir dan gaya khas tersendiri yang sangat dominan dengan alam dan budaya lokalnya, gaya unik dan khas tersebut dapat dijumpai pada bangunan rumah adat Aceh, Masjid, Meunasah, pada batu-batu nisan kuno, serta di dalam manuskrip Aceh yang disebut iluminasi.
"Itu semua peninggalan hasil karya cipta kreatifitas leluhur Aceh sekitar tiga abad yang lalu, dimana era tersebut Aceh masih sebagai negeri yang dipimpin oleh Raja (Kesultanan Aceh) dalam cipta karya tersebut semua seni baik seni lukis, seni pahat serta iluminasi pada naskah kuno Aceh semua bersesuaian dengan pendekatan nilai budaya islam," ujarnya kepada Dialeksis.com, Kamis (7/10/2021).
Menurutnya, atas bukti warisan tersebut Aceh dapat dijuluki sebagai tuan rumah dari segala peradaban islam, khazanah gaya ukir seni ini yang patut dikembangkan dalam bentuk apapun. Untuk itu, perlu dilestarikan bukti kreatifitas para leluhur Aceh dahulu untuk menjadi eksis kembali dengan referensi gaya seni yang sudah dititipkan kepada rakyat Aceh.
Tarmizi menegaskan, gaya seni motif Aceh tidak pernah memakai unsur dari binatang. Jika Aceh ingin membuat industri batik, supaya eksis di pasar nasional dan internasional harus memenuhi unsur-unsur motif dan ciri khas dengan warna-warna yang mempunyai filosofi ke Acehan.
"Motif-motif Aceh diantaranya; motif pintu Aceh, tolak angin, bungong jeumpa, rencong, awan meucanek, awan berarak, kerawang gayo, pucok reubong, dan jenis jenis bunga dan tanaman lainnya," sebutnya.
Sebagai budayawan, Tarmizi mengatakan pemerintah berkewajiban memajukan kreatifitas seni batik Aceh tersebut dengan melakukan pembinaan, penyuluhan tentang gaya seni batik, baik maknanya maupun filosofi warna yang terkandung didalamnya, serta sejarah dari gaya hidup berpakaian orang Aceh.
"Adapun cara mensosialisasikannya, semua elemen perangkat dan aparatur pemerintahan tentu harus menunjukkan pada diri mereka terlebih dulu.