BMA Kumpulkan Rp69 Juta Melalui QRIS, Bukti Teknologi Permudah Zakat dan Infak
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemanfaatan teknologi digital semakin mengubah cara masyarakat Aceh menunaikan zakat dan infak. Baitul Mal Aceh (BMA) berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp69 juta melalui sistem pembayaran digital QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) sepanjang Januari hingga November 2024.
Dana tersebut terdiri dari zakat sebesar Rp63.103.234 dan infak Rp6.185.536.
Ketua badan BMA, Mohammad Haikal, mengungkapkan apresiasinya atas respons positif masyarakat terhadap metode pembayaran modern ini.
“Kami sangat bersyukur atas antusiasme masyarakat dalam memanfaatkan QRIS. Ini membuktikan bahwa masyarakat Aceh sangat peduli dengan sesama dan ingin berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan umat,” ujarnya.
Dengan kehadiran QRIS, masyarakat dapat menunaikan zakat dan infak hanya dengan memindai kode QR menggunakan aplikasi perbankan atau dompet digital. Tidak hanya praktis, sistem ini juga efisien dan tanpa biaya administrasi. Untuk zakat, setoran minimal adalah 2,5% dari nisab, yaitu pendapatan minimal Rp10,5 juta, sedangkan infak dapat disetorkan mulai dari Rp1.
Dana zakat dan infak yang terkumpul digunakan oleh BMA untuk berbagai program kemaslahatan umat, antara lain:
1. Bantuan untuk Fakir Miskin: Memberikan santunan uang tunai untuk keluarga kurang mampu.
2. Pemberdayaan Ekonomi: Menyediakan pelatihan dan modal usaha bagi masyarakat agar lebih mandiri.
3. Beasiswa Pendidikan: Membantu anak-anak dari keluarga prasejahtera untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya sosialisasi intensif yang dilakukan BMA bersama lembaga keagamaan, pemerintah kabupaten/kota, dan media. Edukasi mengenai makna zakat dan kemudahan berzakat melalui QRIS terus digalakkan untuk menjangkau lebih banyak masyarakat.
“Kami terus melakukan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana zakat dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat luas,” tambah Haikal.
Meskipun pencapaian ini patut diapresiasi, BMA masih menghadapi tantangan, seperti perluasan jaringan dan peningkatan literasi digital di beberapa daerah terpencil. Namun, dengan dukungan semua pihak, BMA optimistis dapat mengatasi hambatan tersebut.
Penggunaan teknologi digital seperti QRIS tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memperkuat akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan zakat.
Melalui inovasi ini, BMA berharap dapat terus menjadi garda terdepan dalam pengelolaan zakat dan infak di Aceh, sekaligus mewujudkan kesejahteraan umat secara lebih merata. [a/l]