Selasa, 09 September 2025
Beranda / Berita / Aceh / Berakhirnya Lakon Dua Bayang di Bank Aceh

Berakhirnya Lakon Dua Bayang di Bank Aceh

Senin, 08 September 2025 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi
Aryos Nivada. Foto: for Dialeksis 

*Dialog Imajinatif Aryos Nivada tentang Bank Aceh

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Bank Aceh kini ibarat negeri yang kaya lagi makmur. Kemakmurannya tak hanya terasa di kampung halaman, tapi juga menggema hingga negeri-negeri jauh.

Para Balanda pun penasaran. Mereka datang, mengendus aroma kemakmuran. Ternyata, kabar yang beredar tak berlebihan. Negeri ini memang sedang subur.

Tapi, menyerang secara terang-terangan tak elok di pandangan. Maka dicari jalan lain: menghadirkan Pang Ti-Bank.

Pang Ti-Bank mula-mula tampil sebagai sosok tak berambisi. Suaranya lembut, senyumnya ramah, tutur katanya menenangkan. Ia berpura-pura baik, agar para Sultan--pemegang saham--jatuh hati.

Kemampuan sulap Pang Ti-Bank memang memesona. Citra dibangun, narasi disusun, panggung digelar. Surat kepercayaan pun diberikan. Dan kesempatan itu digunakan untuk merusak dari dalam.

Skenario diatur, kerjasama dibangun, peran dimainkan, pemberitaan disebar. Jadilah Pang Ti-Bank tampak menawan. Tapi bukan tak ada yang mengamati. Suara bisa dilembutkan, tapi nada dasar yang sumbang tak bisa disembunyikan.

Namun, di tengah lakon Pang Ti-Bank, muncullah Pang Ju--sosok yang tak kalah lihai. Ia dikenal sebagai juru penerang raja. Pernah menjadi penyambung lidah istana, menyampaikan titah dengan fasih, menyusun kata dengan cermat.

Pang Ju tampil bukan dengan sulap, tapi dengan terang. Ia tak menyihir, tapi menjelaskan. Ia tak membangun ilusi, tapi menyusun makna. Maka, para Sultan pun mulai menimbang: siapa yang layak memimpin negeri kemakmuran ini?

Pang Ti-Bank tetap bermain peran, tapi lakonnya mulai retak. Penonton mulai sadar, panggung ini bukan tempat pesulap. Ini ruang kerja, bukan arena sandiwara.

Sepandai-pandai tupai melompat, ada waktunya jatuh juga. Riwayat Pang Ti-Bank pun padam. Panggungnya ditutup, lakonnya selesai. Tempatnya bukan di ruang kerja memakmurkan bank, tapi di keramaian yang gemar tepuk tangan.

Dan negeri pun memilih. Bukan Pang Ti, bukan Pang Ju. Tapi Fadhil Ilyas--anak Darussalam yang tak bersulap, tak bersandiwara. Ia bekerja, ia menapak, ia bertahan. Kini, ia ditetapkan sebagai Direktur Utama Bank Aceh Syariah. Bukan karena citra, tapi karena jejak. []

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
pelantikan padam
sekwan - polda
damai -esdm
bpka