Bekali Pengajar Sehingga Tak Ada Penolakan Sekolah Reguler untuk Siswa Inklusif
Font: Ukuran: - +
Reporter : Auliana Rizky
CEO SEA Save Education, Aisha. [Foto: Dialeksis/Auliana Rizky]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Anak yang berkebutuhan khusus (ABK) yang ada di Kota Langsa sudah bisa sekolah umum di mana pun baik TK, SD, maupun SMP.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Langsa, Dra. Suhartini pada Kamis (21/7/22) di sela kegiatan pendidikan dan latihan (Diklat) inklusif.
Menanggapi hal tersebut, CEO SEA Save Education, Aisha mengatakan, apa yang sudah dilakukan di Langsa bagus tapi perlu diyakinkan bahwa guru benar-benar mendapatkan pembekalan kebutuhannya untuk menghadapi keberagaman di dalam kelas.
Ia menyampaikan, pendidikan anak berkebutuhan khusus perlu diperhatikan, tidak hanya profesional akademik pendidikan pemerintah tapi semua stakeholder harus mendukung pendidikan anak berkebutuhan khusus. Tentu saja pemerintah di seluruh dunia harus memperhitungkan dengan baik agar tercapainya pendidikan untuk semua anak.
Tidak hanya itu, pengajar juga berpotensi besar pada anak dalam menuntut ilmu. Jika ingin pendidikan yang maju maka gurunya harus profesional. Tentu saja guru juga harus dibekali dengan profesional learning sehingga guru paham akan kemampuan siswanya.
Ia menyebut bahwa pendidikan inklusif ini yang paling penting adalah bagaimana mengubah paradigma-paradigma yang memperkenalkan dengan pendekatan yang inovasi.
"Ini isu penting untuk praktisi guru, juga perlu diberikan kesempatan kepada guru yang fokus minatnya di pendidikan inklusif ini sehingga kebijakan yang ada menuntut sekolah untuk menjadi sekolah inklusif dengan adanya guru pendamping di sekolah, maka tidak lagi adanya penolakan sekolah-sekolah reguler untuk sekolah inklusif untuk anak-anak yang inklusif, ucapnya saat diwawancarai Dialeksis.com, Minggu (24/7/2022).
Di Banda Aceh sudah dilakukan project untuk primary school yaitu tiga Sekolah Dasar (SD) sebagai sekolah inklusif sekaligus mempunyai praktisi yang bisa menangani anak dalam bidang kebutuhan khusus. Ini adalah kerja sama SEA Save Education dengan Kementrian P4TK TK dan PLB.
Katanya, Alhamdulillah dari pelatihan tersebut melahirkan guru-guru yang profesional anak-anak yang berkebutuhan khusus. Diharapkan juga pada tiga sekolah ini melakukan perluasan atau pedampingan pada sekolah dan guru lainnya dibantu oleh dinas pendidikan setempat.
"Pendidikan inklusif ini memang harus tersedia untuk semua murid, yang mana bisa menerima segala perbedaan, segala keterbatasan dari latar belakang sosial apapun, emosional, kultural, dan lainnya," ujarnya lagi.
"Ini bukan bicara soal anak yang kebutuhan khusus, tapi keberagaman ini adalah sebuah keniscayaan bagaimana guru ini menerima anak-anak yang kekurangan tersebut," sebutnya.
Ia juga menambahkan, ini hal yang sentitif jadi fundamental dalam levelnya adalah bagaimana kita ini menjadi pembelajar semua atau disebut our learnes.
"Kebutuhan guru abad ini yaitu to work more colaboratively to be a mayor teacher, to be productively with others staff with inklusif in scholl," ungkapnya.
Harapannya, dari pelatihan tersebut akan menjawab bagaimana mengakomodasi dan memodifikasi kurikulum di sekolah inklusif.
"Utilize differents pedagogis to anable efective learning outcomes for our students," pungkasnya. [Au]