Antisipasi Krisis Pangan, Ini Langkah yang Dilakukan Pemkab Aceh Tamiang
Font: Ukuran: - +
Reporter : Hendra Vramenia
Bupati Aceh Tamiang, H.Mursil, SH,M.Kn. [Foto: Hendra / Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Aceh Tamiang - Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang menyiapkan 700 ton bibit padi sebagai antisipasi krisis pangan yang diprediksi terjadi November 2020 hingga tiga bulan ke depan, akibat pandemi virus Corona (Covid-19).
Kebijakan ini sejalan dengan instruksi Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah yang meminta seluruh daerah melakukan langkah antisipasi agar memiliki stok bahan pangan ketika krisis menerpa.
“Sebenarnya tanpa harus menunggu instruksi dari Gubernur Aceh, untuk mengatisipasi krisis pangan di tengah pandemi corona ini, kita sudah langsung melakukan persiapan. Saya langsung panggil Kadis Pertanian untuk membahas langkah apa saja yang perlu kita lakukan,” kata Bupati Aceh Tamiang, H. Mursil, SH,M.Kn kepada Wartawan, Jumat (15/5/2020).
Salah satu kebijakan besar yang diambil ialah menggenjot program pertanian dengan mengalokasikan 700 ton bibit padi yang akan disebar ke petani.
Bupati memastikan bibit ini hasil penangkaran lokal yang sertifikasinya sedang diurus di Banda Aceh. “Kalau sekarang belum bisa dibagikan karena penangkarnya belum memiliki sertifikat. Ini sedang diurus di Banda Aceh,” lanjut Mursil.
Terlepas dari ancaman krisis pangan ini, Mursil mengatakan seluruh kabupaten/kota di Aceh umumnya telah mencapai surplus beras.
Aceh Tamiang sendiri menurutnya akan mengalokasikan hasil panen dari 700 ton bibit padi ini untuk memenuhi kebutuhan pangan ke sejumlah daerah tetangga, seperti Sumatera Utara dan Jambi.
“Ancaman ini pangan ini memang ada, bahkan menyerang seluruh dunia. Terlepas kita memang harus menyiapkan diri, tapi saya minta masyarakat tidak panik karena kita terus melakukan persiapan,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu Mursil kembali mengingatkan agar masyarakat tetap fokus menjalankan protokol kesehatan dengan menjaga kebersihan, mengenakan masker dan manjaga phsyisical Distancing.
Ada kekhawatiran jumlah penderita Covid-19 di Aceh meningkat menyusul adanya kelonggaran transportasi dari pemerintah pusat.
“Selain menjaga ketahanan pangan, menjaga arus masuk ke Aceh juga sama pentingnya. Inilah guna posko bersama di perbatasan yang sedang kami rintis bersama Langsa dan Aceh Timur,” ujar Mursil menyinggung pentingnya posko di perbatasan yang hingga kini belum tersedia. (MHV)