Anggaran Pembangunan Jembatan Buket Makarti Aceh Utara Sudah Diusulkan, Masyarakat Diminta Bersabar
Font: Ukuran: - +
Reporter : Rizkita Gita
DIALEKSIS.COM | Aceh Utara - Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh Utara, Edi Anwar mengatakan, rencana pembangunan jembatan gantung di Desa Buket Makarti, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara, telah diusulkan ke sumber dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA). Namun, hingga saat ini proyek tersebut belum terealisasi.
“Diperlukan anggaran Rp 20 miliar lebih untuk bangun jembatan gantung itu. Kita sudah pernah mengusulkan tapi belum tertampung,” kata Edi Anwar, dikonfirmasi Dialeksis.com Kamis (2/3/2023).
Rencananya pembangunan jembatan itu diusulkan kembali tahun 2024 dengan ketentuan baru yaitu Instruksi Presiden melalui APBN.
“Kita akan mengusulkan kembali agar bisa Inpres. Dokumen sudah kita siapkan semoga tahun 2024 bisa ditampung. Dana yang diusulkan senilai Rp 21miliar,” katanya.
Kendati demikian, Edi Anwar meminta kepada masyarakat agar tetap bersabar, PUPR Aceh Utara akan berupaya semaksimal mungkin mengajukan permohonan pembangunan jembatan itu ke pemerintah pusat.
Terkait bangkai jembatan bailey yang ambruk itu sudah dibongkar dan dibawa ke Kantor Dinas PUPR. Sebagian yang masih utuh dipergunakan untuk dibangun jembatan Kecamatan Baktiya, Aceh Utara, sebab konstruksi jembatan lama sudah melengkung tidak bisa digunakan lagi.
“Kita berharap masyarakat bersabar pembangunan yang membutuhkan nilai besar butuh proses,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, warga di Desa Buket Makarti, Kecamatan Tanah Luas, Kabupaten Aceh Utara, terisolir karena jembatan gantung yang menghubungkan dua kecamatan di daerah itu sudah terputus total.
Sebagaimana diketahui, jembatan tersebut roboh akibat bencana banjir pada tahun 2020 lalu. Selama ini masyarakat terpaksa menggunakan rakit kayu selama melakukan aktivitas sehari-hari.
Kamaruddin tokoh pemuda Desa Buket Makarti mengatakan, pasca jembatan itu roboh hingga saat ini belum dibangun kembali dan belum ada kejelasan dari pemerintah kapan jembatan itu dibangun kembali.
“Padahal jembatan itu salah satu akses yang kami gunakan untuk mengangkut hasil panen sawit, antar anak sekolah bahkan kegiatan lainya. Selama ini kami menyebrang sungai menggunakan rakit kayu,” kata Kamaruddin pada Senin(27/2/2023) saat ditemui wartawan di lokasi.
Dia menyebutkan, jembatan rangka baja itu menghubungkan antara Kecamatan Meurah Mulia, Tanah Luas, dan Geureudong Pase. “Rakit yang ditumpangi selama ini kami bayar sekali naik Rp 15000 per orang. Kalau pulang balik kami harus bayar Rp 30 ribu perhari,” katanya.
Kamaruddin mengeluhkan kondisi selama ini sangat menghambat aktivitas warga setempat. karena aktivitas warga terbatas karena harus mengeluarkan biaya khusus untuk membayar rakit.