Akademisi USK Jelaskan Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Biyu
Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Dr. Rustam Effendi
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pertumbuhan ekonomi Aceh mengalami perubahan positif di tahun 2022. Perkembangan ini terlihat dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh yang dirilis ke publik. Dalam rilis data BPS, ekonomi Aceh dengan migas tumbuh 4,21% dan tanpa migas tumbuh 3,80%.
Belum lagi data BPS menyorot tingkat inflasi di Aceh pada Januari 2023 sebesar 0,63% (mtm) atau 5,52% (yoy). Dari data ini tergambar lebih rendah dari Desember 2022 yang sebesar 0,93% (mtm) atau 5,89% (yoy).
Jika merujuk data BPS, kondisi inflasi mendera Aceh mengalami penurunan, walaupun tidak signifikan. Berkenaan dari data BPS itu mendapat respon pengamat ekonomi sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Dr. Rustam Effendi. Kepada Dialeksis.com, Jumat (10/02/2023), dia menyampaikan ekonomi Aceh secara kumulatif untuk tahun 2022 meningkat.
“Bahkan secara year on year (Tw IV 2022 dengan Tw IV 2021) ekonomi Aceh tumbuh lebih tinggi lagi, yaitu 5,6% (dengan migas) dan 5,92% (non migas),” jelasnya.
Ahli ekonomi pembangunan tersebut menjelaskan, penyebab beberapa lapangan usaha yang sebelumnya tahun 2021 alami kontraksi (minus) seperti pertanian, pertambangan/penggalian, termasuk penyediaan akomodasi dan makan minum, pada tahun 2022 meningkat signifikan.
Menurut Rustam, penyediaan akomodasi/makan minum tumbuh 32,40%. Industri pengolahan tumbuh 4,19%. Kemudian, lapangan usaha pertanian yang tahun lalu kontraksi, kini tumbuh 3,31%, begitu juga pertambangan/pengolahan tumbuh 4,30% (sebelumnya minus 0,95%).
“Khusus untuk triwulan IV 2022 ini, pertanian tumbuh 11,40% atau paling tinggi dibanding periode sebelumnya. Juga industri pengolahan (tumbuh hampir 20,0%), dan transportasi 10,59%,” jelas Rustam.
Ia juga menyorot, dari sisi pengeluaran, tingginya pertumbuhan karena ekspor naik jadi 14,79%, sementara impor turun tajam hingga minus 44,24%, sehingga berkontribusi mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Selaku akademisi, Rustam juga menegaskan, momentum ini sepatutnya dapat dijaga untuk triwulan mendatang oleh Pemerintah Aceh. Kenaikan pertumbuhan lapangan usaha akomodasi/makan minum mengindikasikan bahwa makin banyak orang yang berkunjung ke daerah ini.
Masih menurutnya, dibalik itu mengindikasikan pula bahwa ada peluang besar untuk membangun sektor pariwisata ke depan, terutama objek wisata unggulan di beberapa destinasi wisata seperti; Sabang, Aceh Besar, Banda Aceh, Aceh Tengah, dan daerah lainnya.
“Sektor pariwisata yang sangat prospektif ini diyakini dapat membantu menciptakan lapangan kerja di daerah,” katanya.
Menurutnya, mulai tumbuhnya industri pengolahan harus terus didorong, khususnya untuk meningkatkan nilai tambah. Sedangkan untuk penguatan tetap tidak ada cara lain, Aceh harus dapat menggaet sebagian dari target investasi nasional yang direncanakan Kementerian Investasi/BKPM sbesar Rp 1.400 triliun pada tahun 2023.
“Jika Aceh bisa meraih 1% saja (sekitar Rp 1,4 triliun) nilai investasi dari target nasional sudah sangat membantu mendorong ekonomi daerah ini semakin baik, sehingga dapat menyelesaikan problema pengangguran terbuka yang relatif banyak di daerah ini,” katanya. [BY]