Dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala (USK), Dr.Bustami Usman, SH., SAP., MSi [Foto: for Dialeksis]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala (USK), Dr.Bustami Usman, SH., SAP., MSi mengatakan, perkembangan partai politik lokal di Aceh masih tetap eksis, namun perolehan suara dalam setiap pesta demokrasi terkadang bergeser dari partai satu ke partai lainnya.

Menurutnya, hal itu disebabkan karena coat-tail effect (efek ekor jas). Yaitu istilah umum yang merujuk pada perolehan suara parpol yang dipengaruhi oleh siapa calon presiden yang diajukan atau didukungnya.

Untuk mempertahankan atau meningkatkan perolehan suara, parpol harus mengajukan calon presiden (Capres) maupun cawapres yang bisa mendongkrak elektabilitasnya.

"Perolehan suara itu sangat berpengaruh partai apa mendukung Capres siapa, kalau Capresnya lebih populer maka suaranya akan lari kepada partai pendukung Capres tertentu. Begitu pun sebaliknya, kalau partai mendukung Capres kurang poluler akan berpengaruh kepada suara partai," ujarnya kepada Dialeksis.com, Sabtu (25/2/2023).

Di samping itu, kata dia, efek ekor jas juga sangat berpengaruh kepada anggota partai dari partai tertentu dalam pengabdian selama menjadi anggota legislatif.

"Pengalaman kita melihat, partai-partai tertentu setiap pemilu turun drastis, dan ada partai yang naik suaranya, makanya anggota partai harus benar-benar eksis di samping juga ketersediaan dana tidak dapat dipungkiri," jelasnya.

Ia menjelaskan, selama ini, ada juga anggota legislatif yang bertahan berkali-kali menjadi anggota dewan, bukan karena partai atau ketuanya. Tetapi karena memang yang bersangkutan menjadi tokoh yang disenangi oleh masyarakat, karena konsisten membela rakyat atau komunikasi dengan masyarakat selalu dijaga.