AII Minta Pemerintah Jelaskan Angka Produksi Ikan di Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : akhyar
Asosiasi Industri Ikan (AII) Aceh, Ketua Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Aceh, Nurchalis (Kanan nomor 2). [Foto: Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh melalui Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) mencatat angka produksi ikan yang di daratkan pada Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS).
Berdasarkan angka produksi ikan sebagaimana dilansir dari Instagram resmi DKP Aceh menyebutkan bahwa dari bulan Januari hingga Juni, jumlah tangkapan ikan para nelayan mencapai 14.942.945 ton dengan berbagai macam jenis ikan.
Merespons hal tersebut, Ketua Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Aceh, Nurchalis dan juga bagian dari Asosiasi Industri Ikan (AII) Aceh mengaku heran dengan data yang dikeluarkan oleh DKP Aceh.
Menurutnya, perbandingan data yang disampaikan oleh DKP Aceh dengan data industrial perikanan di Aceh terkait hasil tangkapan ikan sangat lah berbeda.
Nurchalis juga berpesan agar pihak DKP Aceh menjelaskan secara detail data-data hasil tangkapan ikan yang telah diterbitkan itu.
"Kami selaku Asosiasi Industri Ikan Aceh, kami meminta dibuka data itu, kepada siapa ikan itu, kemana beredar ikan itu, dan bagaimana pemanfaatan untuk industri apakah bisa digarap oleh industri Aceh atau hanya sebagai data-data tidak valid yang masih perlu diperjelas kembali," ujar Nurchalis.
Sementara itu, Nurchalis menegaskan, data dari jumlah ikan yang diterbitkan oleh DKP Aceh hingga mencapai 14 juta ton juga tidak sesuai dengan prospek pergerakan industri perikanan Aceh dalam memenuhi produksi ikan hari ini.
Hal ini bisa terjadi, jelas dia, karena Pemerintah Aceh kurang koordinasi secara sustainable atau komprehensif dengan pihak pelaku Industri Ikan di Aceh.
Tentunya, kata dia, dengan data produksi ikan dari DKP Aceh bisa selaras dengan kesejahteraan nelayan yang ada di Aceh hari ini.
"Kami ibaratnya berjalan sendiri-sendiri hari ini tanpa ada dukungan apapun. Di satu sisi investasi harus bergerak, di sisi lain kami tidak pernah diikutkan, sehingga ikan kami hanya meliyak-liyak saja. Kalau pun sebanyak itu, kami bisa memanfaatkan. Misal satu juta saja untuk kami, tentunya berapa ribu tenaga kerja yang bisa kami garap," jelas Nurchalis.
Nurchalis juga berharap agar pihak DKP Aceh mau berdiskusi dengan pihak Asosiasi Industri Ikan Aceh untuk membahas masalah kesejahteraan nelayan dan pemeliharaan industri ikan yang ada di Aceh supaya tidak mati atau vakum.
"Jika antara dua kekuatan yakni kesejahteraan nelayan dan kebangkitan industri ikan bisa menyatu, tentunya bisa melahirkan harapan-harapan buat pertumbuhan ekonomi di sektor perikanan Aceh," pungkasnya. [akh]