Ahli IT Universitas Sains Cut Nyak Dhien Berikan Tips Atasi Gangguan Telkomsel
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Muttaqin, ST, MCs, seorang ahli teknologi informasi dan dosen di Teknik Komputer Universitas Sains Cut Nyak Dhien. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Gangguan jaringan internet Telkomsel yang melanda wilayah Aceh pada 2 September 2024 telah mempengaruhi berbagai kalangan, terutama masyarakat yang sangat bergantung pada internet untuk aktivitas sehari-hari.
Tidak hanya menghambat masyarakat umum, gangguan ini juga mengganggu aktivitas profesional seperti jurnalis, fotografer, hingga pelajar yang membutuhkan akses informasi secara real-time.
Fajri Bugak, seorang wartawan asal Bireuen, mengungkapkan kesulitan yang ia alami akibat lambatnya jaringan.
"Sebagai jurnalis, akses internet adalah kunci utama untuk mengirimkan berita dengan cepat. Sejak dua hari terakhir, pekerjaan saya tertunda karena jaringan Telkomsel yang sangat lambat. Kami tidak bisa mengandalkan ini, apalagi di era digital yang menuntut kecepatan," keluhnya.
Tidak hanya Fajri, Fakhrurazi, seorang fotografer senior yang tengah meliput Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Aceh dan Sumatera Utara, juga mengalami masalah serupa.
"Internet di venue sangat tidak stabil. Saya terpaksa mencari tempat dengan sinyal yang lebih baik agar bisa mengirim foto ke redaksi. Ini sangat menghambat tugas jurnalistik kami," ujar Fakhrurazi.
Dalam hal ini, Muttaqin, ST, MCs, seorang ahli teknologi informasi dan dosen di Teknik Komputer Universitas Sains Cut Nyak Dhien, memberikan pandangan serta tips untuk masyarakat Aceh dalam menghadapi masalah jaringan ini.
Menurutnya, gangguan jaringan yang terjadi, terutama pada penyedia besar seperti Telkomsel, memang bisa terjadi karena berbagai faktor, mulai dari overload pengguna hingga masalah teknis di infrastruktur.
"Namun, masyarakat tidak perlu panik. Ada beberapa langkah sederhana yang bisa diambil agar tetap dapat mengakses internet meskipun ada gangguan," kata Muttaqin kepada Dialeksis.com, Jumat (13/9/2024).
Dalam hal ini, langkah yang paling mudah adalah mengaktifkan lalu menonaktifkan kembali mode pesawat di ponsel. Ini bisa membantu me-refresh sinyal dan terkadang cukup efektif.
Jika 4G mengalami gangguan, beralih ke jaringan 3G atau bahkan 2G bisa menjadi solusi sementara. "Meskipun kecepatannya lebih lambat, jaringan yang lebih rendah ini terkadang lebih stabil di daerah dengan gangguan 4G," tambahnya.
Ia juga menyarankan penggunaan Virtual Private Network (VPN) bisa menjadi solusi alternatif, terutama jika masalah gangguan terkait server lokal.
"VPN bisa membantu mengatasi masalah geografis yang mungkin terjadi pada server lokal," tutur Muttaqin.
Dikatakan, Jika memungkinkan, akses internet pada waktu-waktu yang lebih sepi pengguna, seperti dini hari atau larut malam. "Ini karena lalu lintas data biasanya lebih rendah di jam-jam tersebut, sehingga jaringan lebih lancar," katanya.
Sementara itu, Untuk pengguna aplikasi tertentu, aktifkan mode offline agar konten yang sering diakses tetap tersedia meski internet bermasalah.
Selain tips teknis, Muttaqin juga menekankan pentingnya masyarakat Aceh mempertimbangkan beberapa solusi jangka panjang dalam menghadapi gangguan jaringan yang berulang.
Jika gangguan Telkomsel sering terjadi, masyarakat bisa mencari penyedia layanan internet alternatif yang lebih stabil di wilayah mereka.
Di daerah perkotaan, Wi-Fi publik bisa menjadi solusi, terutama di tempat-tempat umum seperti kafe atau perpustakaan.
Muttaqin menambahkan bahwa masyarakat harus lebih proaktif dalam melaporkan gangguan kepada pihak Telkomsel.
"Jika laporan dilakukan secara kolektif dan masif, penyedia layanan mungkin akan lebih cepat merespons dan memperbaiki masalah," pungkasnya. [nh]
- Tingkatkan Semangat Belajar, Rumoh Pangan Aceh dan RSAN Berbagi Tips Kuliah Luar Negeri
- Muttaqin Ahli IT Ungkap Gagasan Tangkal Judi Online Dikalangan Pemuda
- Hadapi Ancaman Cyber: Muttaqin, Ahli IT Ungkap Tantangan dan Strategi Keamanan Siber Indonesia
- Ahli IT: Perlindungan Data Pribadi dan Serangan Dunia Siber Harus Jadi Agenda Politik Masa Depan