Beranda / Berita / Aceh / Aceh Tamiang Dorong Sertifikasi Sawit Berkelanjutan

Aceh Tamiang Dorong Sertifikasi Sawit Berkelanjutan

Minggu, 05 Januari 2025 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

DIALEKSIS.COM | Tamiang - Pusat Unggulan Perkebunan Lestari (PUPL) Aceh Tamiang terus mengakselerasi sertifikasi berkelanjutan di sektor kelapa sawit. Hingga akhir 2024, sejumlah perusahaan perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS) di wilayah tersebut telah mendapatkan sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

“Kami mencatat beberapa perusahaan telah bersertifikasi ISPO dan/atau RSPO. Di antaranya Evans Group (ISPO kebun), PT Pati Sari (ISPO PKS & kebun), PT Socfindo (RSPO kebun & PKS), serta PT Mora Niaga Jaya yang memperoleh ISPO sekaligus RSPO melalui program PUPL,” kata Izuddin Idris, Sekretaris PUPL Aceh Tamiang kepada Dialeksis.com, Minggu (05/01/2025).

Selain perusahaan, sebanyak 2.200 pekebun swadaya juga telah mendapatkan sertifikasi ISPO dan RSPO. Semua proses ini merupakan hasil pendampingan yang dilakukan PUPL bersama mitra-mitranya. Total luas lahan tersertifikasi mencapai 3.300 hektare.

PUPL memainkan peran penting dalam membantu pekebun swadaya memperoleh sertifikasi berkelanjutan. Ada tiga langkah utama yang dilakukan:

Penyiapan Dokumen

Proses ini mencakup pendataan kebun, identitas pekebun, registrasi, pemetaan lahan (polygon mapping), penerbitan Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) dan Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL), hingga pemenuhan dokumen lain yang menjadi syarat ISPO.

Pendampingan Teknis

Meliputi pembentukan dan penguatan kelompok tani, pelatihan praktik pertanian yang baik (good agricultural practices), serta bimbingan selama proses sertifikasi berlangsung.

Dukungan Pembiayaan

PUPL turut membantu pekebun dalam pembiayaan sertifikasi dan audit, yang sering menjadi kendala utama bagi petani kecil.

Target 2025

Tahun ini, PUPL menargetkan pendampingan bagi 3.300 pekebun swadaya tambahan. Proses awal, seperti sosialisasi, pendataan pekebun, pembentukan kelompok, dan pengukuran lahan, telah dimulai. Pendampingan lanjutan akan difokuskan pada penguatan kelompok dan pelatihan praktik pertanian berkelanjutan.

“Kami ingin memastikan semakin banyak pekebun swadaya yang dapat memperoleh sertifikat ISPO dan RSPO. Ini penting, tidak hanya untuk meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan,” ujar Izuddin.

Aceh Tamiang pun optimistis menjadi model pengelolaan perkebunan sawit berkelanjutan di Indonesia, sekaligus meningkatkan daya saing sektor kelapa sawit di pasar global.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI