Aceh Juara Dua Persentase Sebaran Pemuda Jomblo (Belum Kawin)
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akil Rahmatillah
Ilustrasi jomblo. (Foto: IST]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Setiap manusia ditakdirkan untuk berpasang-pasangan. Kalimat ini begitu meresap di masyarakat kita, sehingga sebagian orang menganggap menikah adalah cita-cita mulia. Bahkan mayoritas masyarakat menjadikannya sebagai tujuan hidup.
Walaupun begitu, belakangan semakin banyak kaum muda yang memilih untuk enggan menikah. Hal ini berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa minggu lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terkini mengenai status perkawinan pemuda di Indonesia, menyoroti tren yang menarik pada tahun 2023.
Sebanyak 68,29% pemuda Indonesia saat ini berstatus belum kawin atau populer disebut “jomblo”.
Dari segi wilayah, Jakarta menjadi pemimpin dengan persentase pemuda belum kawin mencapai 80% pada tahun 2023. Diikuti oleh Aceh dengan persentase 75,94% dan Sumatra Utara 75,43%.
Melihat tren ini, Dialeksis mencoba bertanya kepada beberapa pemuda Aceh. Ada banyak hal yang menjadi alasan anak muda di Aceh memilih menunda pernikahan. Hal tersebut mulai dari faktor ekonomi, karier hingga menghindari perceraian.
Hal ini dikatakan oleh Amal, pemuda asal Aceh Selatan yang sedang merantau di Kota Banda Aceh.
“Kalau saya pribadi lebih karena faktor ekonomi, karena kalau mau berumah tangga tentu finansial harus stabil. Siapa yang ngga mau menikah? Saya pikir semua mau, tapi kendalanya itu tadi, uang,” kata Amal kepada Dialeksis.com, Senin, (15/1/2024).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Januar, Karyawan salah satu café di Banda Aceh. Januar mengatakan bahwa dirinya belum berani untuk berumah tangga lantaran belum memiliki finansial yang stabil.
“Belum berani, keuangan masih goyang kekmana mau lamar anak orang. Takutnya nanti nggak bertahan lama,” kata Januar.
Sementara itu Latifa, Karyawati salah satu Bank Swasta di Banda Aceh. Dia mengatakan bahwa pernikahan masih menjadi hal yang dianggap penting. Hanya saja, memilih untuk menikmati hidup sebelum benar-benar memutuskan untuk membina rumah tangga.
“Kalau bagi aku nikah penting ya, tapi mau berkarier dulu, jadi mau nyenengin diri dulu sebelum jadi istri orang,” ungkap Latifa.
Menanggapi hal itu, Dialeksis.com mencoba menghubungi Masrizal, Sosiolog dari Universitas Syiah Kuala (USK).
Masrizal membenarkan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi anak muda Aceh enggan untuk menikah.
“Memang yang menjadi faktor terbesarnya adalah faktor ekonomi. Bagaimana dia mau menikah sedangkan tidak punya uang? Belum lagi di Aceh maharnya tinggi kan,” kata Masrizal.
Sekjend ISI-ACEH itu juga menambahkan, ada banyak faktor lain yang mempengaruhi. Faktor tersebut mulai dari faktor dirinya sendiri yang mersa belum waktunya untuk menikah hingga faktor traumatik.
Adanya trauma seseorang yang menyebabkan orang tersebut enggan untuk melakukan pernikahan. Anak muda masih lanjang atau tidak terlalu memikirkan pernikahan juga karena mereka sangat menghindari potensi-potensi masalah keluarga yaitu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) atau perceraian.
“Faktor traumatik dalam rumah tangga, juga berpengaruh. Si A mau menikah dia lihat kakanya si B menikah belum setahun sudah ribut sudah cerai, ini bisa menjadi faktor mengapa mereka enggan untuk menikah,” ujar Masrizal.