Aceh Darurat Pemerasan Korban Video Call
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumoeh Seujahtera Aneuk Nanggroe (RSAN) Michael Octaviano
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Rumoeh Seujahtera Aneuk Nanggroe (RSAN) Michael Octaviano mengatakan saat ini di Aceh banyak pelajar dan mahasiswi yang menjadi korban dalam kasus hamil luar nikah, modus pelaku kata dia dengan cara menjebak korban melalui Video Call Sex (VCS).
"Kita ingin menyelamatkan bayi, yang selama ini yang tidak diinginkan oleh orang tuanya baik itu dibuang, diletakkan, dan yang paling kita khawatir di penjual belikan," kata Michael kepada Dialeksis.com di Banda Aceh, Sabtu (8/7/2023).
Saat ini kata dia, pergaulan bebas tanpa pemantauan orang tua menyebabkan kasus bayi hasil hamil luar nikah dari seorang mahasiswi yang menerima orderan VCS meluas.
"Gaya pergaulan, sibuk melayani aplikasi kencan yang masuk kedalam Whatsapp. Atas dasar kemanusiaan bahwa itu hukum tertinggi untuk berbuat terhadap sesama manusia, tapi yang terjadi tidak ada rasa taubat dan merasa berdosa akan apa yang dilakukan, yang ada hanya beban saat bayi yang dianggap aib hasil perbuatan dosa ini sudah tidak ada didepan mata," ujarnya.
Michael menuturkan, para korban dibuat tidak berdaya dengan ancaman bakal disebarkan video vulgar yang sebelumnya pelaku dapatkan dari korban, apabila tidak diberikan maka video tersebut akan disebarkan.
"Ini lagi banyak terjadi dilingkungan kita ayah bunda, kasus yang masuk pada polisi pasalnya hanya pelanggaran HTE yang hukuman nya tidak buat efek jera," sebutnya.
Para perempuan katanya harus menyadari untuk menjaga diri agar tidak timbul penyelasan, lebih bijak dalam bersosial media dan tidak tertipu dengan modus para pelaku.
"Perempuan yang harus menjaga diri dan laki laki bajingan yang haus akan nafsu, kalau sudah hamil dengan santai saja mengatakan gugurin kandungan," ujar dia.
Michael menjelaskan pertengkaran yang terjadi antara kedua orang tua dalam rumah tangga juga ikut melukai hati para korban khususnya remaja sehingga mereka mencari kepuasan di luar dengan cara salah.
"Sementara orang tua sibuk bertengkar dan selalu bicara kekurangan hidup, tidak hadir dihati anaknya, dan bicara mengenai masa depan dan mimpi mereka," ujarnya.
Michael yang juga Ketua Puspa Aceh Keumalahayati ini mengatakan, dalam hal ini peran ayah sangat dibutuhkan perempuan, saat ini mereka tidak merasakan keberadaan Ayah.
"Berjam-jam ngobrol di warung kopi sementara untuk anak pelit sekali tidak lebih dari 5 menit sehingga anak perempuan mencari orang diluar yg bisa mendengarkan mereka. Akan banyak bayi yg dibuang dan ditelantarkan yang kita dengar karena kita merasa baik-baik saja," pungkasnya.