Aceh Catat Deflasi 0,13 Persen pada Januari 2025
Font: Ukuran: - +
Kepala BPS Aceh, Ahmadriswan Nasution. Foto: Naufal Habibi/Dialeksis
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh mencatat, pada Januari 2025 Aceh mengalami deflasi sebesar 0,13 persen secara month to month (m-to-m), akibat penurunan harga barang dan jasa secara umum dibandingkan bulan sebelumnya.
Kepala BPS Aceh, Ahmadriswan Nasution menjelaskan, deflasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya penurunan harga tarif listrik, tomat, angkutan udara, jeruk nipis, dan labu siam.
"Penurunan harga komoditas-komoditas tersebut memberikan andil yang cukup signifikan terhadap deflasi di Aceh pada Januari 2025," katanya, dalam keterangan tertulis, Selasa (4/2/2025).
Ahmadriswan menyebutkan, penurunan tarif listrik sebagai salah satu penyumbang utama deflasi di Aceh. "Tarif listrik mengalami penurunan yang cukup signifikan pada Januari 2025 dan ini memberikan dampak yang besar terhadap deflasi," katanya.
Selain tarif listrik, penurunan harga tomat juga menjadi faktor penting dalam deflasi ini, dimana tomat merupakan salah satu komoditas yang banyak dikonsumsi masyarakat Aceh, sehingga penurunan harganya cukup mempengaruhi inflasi.
Meskipun mengalami deflasi bulanan, secara tahunan (year on year/y-on-y), Aceh masih mengalami inflasi sebesar 1,61 persen pada Januari 2025.
Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil pada inflasi tahunan ini antara lain cabai merah, emas perhiasan, tarif air minum PAM, minyak goreng, dan sigaret kretek mesin.
"Inflasi tahunan ini menunjukkan bahwa secara umum harga barang dan jasa di Aceh masih mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya," kata Ahmadriswan.
Ahmadriswan juga menjelaskan, terdapat perbedaan tingkat inflasi di berbagai daerah di Aceh. Pada Januari 2025, hanya Kabupaten Aceh Tengah dan Kota Lhokseumawe yang mengalami inflasi bulanan. Sementara itu, tiga daerah lainnya, yaitu Meulaboh, Aceh Tamiang, dan Banda Aceh, mengalami deflasi.
"Kota Lhokseumawe mencatat inflasi tertinggi baik secara bulanan maupun tahunan di Aceh," ungkap Ahmadriswan.
Inflasi dan deflasi merupakan dua kondisi ekonomi yang saling berlawanan. Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan, sementara deflasi terjadi ketika harga barang dan jasa mengalami penurunan.
Inflasi yang terkendali dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian, seperti mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan investasi.
Namun, inflasi yang tidak terkendali dapat menyebabkan berbagai masalah ekonomi, seperti penurunan daya beli masyarakat, peningkatan pengangguran, dan ketidakstabilan ekonomi.
Deflasi juga dapat memberikan dampak negatif bagi perekonomian, seperti penurunan produksi, peningkatan pengangguran, dan penurunan investasi. []