DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemerintah Aceh terus mempercepat pemulihan layanan kesehatan di wilayah terdampak bencana hidrometeorologi. Evaluasi hari ke-9 Pos Komando Tanggap Darurat yang digelar di Banda Aceh pada Sabtu (6/12/2025) malam mengungkap bahwa sebagian besar fasilitas kesehatan berangsur stabil, namun dua rumah sakit masih belum beroperasi optimal.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, Ferdiyus, SKM, M.Kes, menyampaikan bahwa distribusi obat, kebutuhan gizi tambahan, serta tenaga kesehatan masih menjadi prioritas utama.
“Kita masih fokus institusi obat di 18 kabupaten/kota, dengan volume terbesar di sembilan kabupaten/kota prioritas,” ujarnya.
Ferdiyus menjelaskan bahwa dari seluruh fasilitas rujukan, masih terdapat dua rumah sakit yang belum dapat beroperasi, yakni RSUD Aceh Tamiang dan satu fasilitas di Aceh Timur. Kondisi infrastruktur serta peralatan medis yang rusak akibat banjir besar masih menjadi hambatan utama.
“Fokus kita hari ini adalah mendorong percepatan operasional RSUD Aceh Tamiang. Tim Mer-C sudah hadir sejak kemarin dan masih melakukan pembersihan. Besok, tim kesehatan gabungan akan kita kirim kembali,” katanya.
Kekurangan ambulans di sembilan kabupaten prioritas juga memperlambat mobilisasi pasien. Beberapa ambulans dilaporkan rusak atau hilang akibat banjir, termasuk unit milik Aceh Tamiang yang tenggelam.
Dinkes Aceh menerima tambahan 600 karton makanan tambahan untuk balita serta 100 karton makanan tambahan untuk ibu hamil, yang dikonsolidasikan di instalasi farmasi provinsi. Bantuan itu akan didistribusikan ke sembilan rumah sakit kabupaten/kota pada Minggu (7/12/2025).
Selain itu, konvoi bantuan kesehatan akan diberangkatkan dari wilayah Barat“Selatan Aceh. “Besok pagi kita kirimkan ambulans tambahan, satu box besar berisi obat-obatan dan PMT, serta box kecil untuk gas oksigen. Tim berangkat pukul 09.00 dari Medan menuju daerah terdampak,” ujar Ferdiyus.
Menurut data Dinas Kesehatan Aceh, jumlah kelompok rentan yang terdampak bencana mencapai angka yang signifikan. Di antaranya 1.108 bayi, 94.250 balita, 104.623 ibu hamil, 1.365 ibu menyusui, 459.428 lansia 13.000 penyandang disabilitas, 434 pasien hipertensi gestasional (HG), 9.204 pasien TB , 10.399 Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ/OGJ)
“Kondisi ini membuat beban layanan kesehatan meningkat, sehingga suplai logistik dan tenaga kesehatan harus terus dijaga,” jelasnya.
Pemulihan akses jalan di sejumlah titik diperkirakan akan memicu lonjakan pasien rujukan dari daerah hulu menuju Banda Aceh. Ferdiyus menyebut bahwa RSUD dr. Zainoel Abidin berpotensi mengalami kelebihan kapasitas.
“Kami prediksi jika jalan mulai tembus, banyak warga mulai bergerak mencari layanan. Sementara ruang perawatan di RSUDZA sudah penuh. Kita sedang siapkan opsi rumah sakit tenda sebagai antisipasi,” ujarnya.
Dinkes Aceh juga menerima konfirmasi kedatangan tim relawan medis dari Jawa Barat, berjumlah 10 orang termasuk dokter spesialis, lengkap dengan obat-obatan. Namun, Ferdiyus mengingatkan bahwa layanan spesialis belum bisa berfungsi maksimal karena keterbatasan alat operasi dan perangkat medis di RS kabupaten/kota.
“Mulai dari Aceh Timur hingga Aceh Tamiang, perangkat kesehatan banyak yang rusak. Kita tidak bisa menjamin alat medis yang terdampak banjir bisa dipakai. Ini tantangan besar ke depan,” tegasnya.
Di beberapa titik pengungsian, kapasitas ambulans dan petugas kesehatan masih sangat terbatas. Pos kesehatan rata-rata hanya mampu menangani maksimal tiga pasien sekaligus. Ferdiyus menilai koordinasi lintas sektor harus terus ditingkatkan untuk memastikan layanan dasar tetap berjalan.
“Kami terus berkoordinasi dengan provinsi, lintas sektor, serta pusat. Tantangan terbesar tetap mobilisasi dan ketersediaan fasilitas kesehatan. Tapi alhamdulillah dukungan terus mengalir,” katanya. [*]