3.500 Siswa Banda Aceh Gelar Simulasi Evakuasi Mandiri di Museum Tsunami
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Sebanyak 3.500 siswa dari Banda Aceh menggelar simulasi evakuasi mandiri di Museum Tsunami Aceh pada Rabu (9/10/2024). [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebanyak 3.500 siswa dari Banda Aceh menggelar simulasi evakuasi mandiri di Museum Tsunami Aceh pada Rabu (9/10/2024).
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Sang Kadian Malaysia dan Aceh Digital Science Institute, bekerja sama dengan RAPI dan Kota Banda Aceh.
Faisal Ilyas, Ketua Dewan Pembina Yayasan Khadam Indonesia (YKI), menjelaskan bahwa Museum Tsunami memiliki peran penting sebagai tempat evakuasi bagi masyarakat sekitar.
"Museum ini mampu menampung antara 3.000 hingga 5.000 orang jika terjadi bencana," ucapnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi potensi bencana, terutama gempa bumi yang sering melanda daerah tersebut.
Simulasi ini merupakan yang ketiga kalinya diadakan setelah dua kali sebelumnya.
"Inisiatif ini bertujuan untuk memodernisasi siswa dan guru di sekitar Bang Padang dan Museum Tsunami," tambah Faisal.
Kegiatan ini juga melibatkan berbagai sistem informasi dan peningkatan yang terkait dengan Early Warning System (EWS) dan Flow Enhancing System.
Faisal menjelaskan bahwa dalam simulasi ini, siswa diajarkan bagaimana cara melaksanakan evakuasi secara efektif.
"Mereka berlatih mendata teman-teman mereka selama evakuasi, termasuk mengecek apakah ada yang terjatuh atau pingsan," tuturnya.
Faisal Ilyas, Ketua Dewan Pembina Yayasan Khadam Indonesia (YKI). [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]Proses evakuasi dilakukan secara bertahap, tergantung pada posisi sekolah dan museum, dan berlangsung dengan sistematis untuk memastikan keselamatan semua siswa.
Faisal juga menyatakan bahwa kegiatan ini bukan hanya tentang pelatihan teknis, tetapi juga membangun budaya kesiapsiagaan di kalangan siswa.
"Kami berharap dengan latihan ini, siswa tidak panik saat menghadapi situasi darurat. Pendidikan ini harus terus diulang agar mereka siap ketika saatnya tiba," tambahnya.
Dalam simulasi ini, siswa diajarkan untuk mengevakuasi diri ke ruang kelas dan melakukan pendataan. Setelah tiga menit, mereka bersiap-siap untuk evakuasi menuju Museum Tsunami.
"Kegiatan ini juga menyenangkan bagi siswa karena melibatkan fisik mereka dan belajar dalam suasana yang berbeda, kondisi ini membuat simulasi lebih nyaman bagi siswa dan menjadikan kegiatan belajar ini lebih menarik," jelasnya.
Faisal juga menjelaskan bahwa EWS yang digunakan dalam simulasi kali ini adalah versi terbaru setelah sebelumnya menggunakan set-a-box dengan sistem TV digital pada tahun lalu.
Dengan kegiatan ini, diharapkan siswa tidak hanya memiliki pengetahuan tentang evakuasi, tetapi juga membentuk mentalitas tanggap bencana yang lebih baik di kalangan generasi muda di Aceh.
Kegiatan ini menjadi langkah penting dalam mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi kemungkinan bencana di masa depan.
"Sekarang kami menggunakan radio RAPI yang lebih efektif untuk memberikan informasi dan meningkatkan sistem evakuasi," tutupnya. [nh]