Beranda / Aceh Hebat / Kronologi Aero Shark Mendarat Darurat

Kronologi Aero Shark Mendarat Darurat

Minggu, 18 Februari 2018 14:36 WIB

Font: Ukuran: - +


Gubernur Irwandi didampingi oleh Istrinya Darwati Agani juga Wakil Gubernur Nova Iriansyah serta stafnya Suparta di Pendopo Aceh. Sabtu, 17 Februari 2018 sore.

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menggelar konferensi pers di Pendopo Gubernur untuk menjelaskan insiden yang dialaminya saat terbang dengan pesawat Aero Shark ke Banda Aceh dari Calang, Kabupaten Aceh Jaya, pada Sabtu 17 Februari 2018 siang.

Dalam kejadian tersebut Gubernur melakukan pendaratan darurat di kawasan pantai Desa Lam Awe, Ujong Pancu, Kecamatan Peukan Bada, Aceh Besar.

Gubernur menjelaskan, kejadian bermula saat dirinya dalam penerbangan kembali ke Banda Aceh setelah selama tiga hari melakukan kunjungan kerja memeriksa proyek-proyek yang dibiayai APBN di beberapa kabupaten di Aceh.

Saat itu Gubernur sedang terbang pada ketinggian 3500 kaki. Tiba di atas Leupung mendadak mesin pesawat ngadat. Gubernur menduga mesin ngadat diakibatkan tidak lancarnya suplai bahan bakar.

Saat itu Gubernur mengambil keputusan untuk mendarat darurat di kawasan Leupung. Alasannya, dengan kondisi mesin yang mati, pesawat tidak mungkin mampu mencapai bandara.

"Saya belok ke arah pantai, mau landing darurat di pasir. Tiba-tiba mesin hidup lagi. Ketika hidup saya naik ke 2000 kaki untuk lanjut ke Banda Aceh," ujar Gubernur

Namun, sesaat kemudian mesin pesawat kembali mati sehingga Gubernur melapor ke tower untuk melakukan pendaratan darurat.

Proses pendaratan awalnya berjalan mulus. Tapi ketika roda pesawat menyentuh pasir, ban pesawat akhirnya terbenam ke pasir. "Kemudian terhempas hidungnya. Kena sayap kanan dengan tanah. Patahlah sayapnya. Saya keluar kokpit," ujar Gubernur.

Sesaat kemudian, lanjut Gubernur datang sebuah boat dari laut untuk menolong. "Kemudian bersama tukang boat saya seret sedikit pesawat ke darat." kata Irwandi

Gubernur Irwandi mengakui, sebelum terbang tidak ada tanda-tanda pesawat mengalami gangguan mesin. Pesawat tersebut, kata Gubernur, akan dikirim ke pabriknya untuk proses perbaikan.

Gubernur juga menjelaskan, pesawat tersebut sebenarnya dilengkapi parasut. Namun karena melihat ada lokasi pantai yang landai Gubernur memutuskan tidak mengembangkan parasut.

Alasannya, jika parasut dikembangkan, dikhawatirkan pesawat akan terbawa angin ke arah laut, atau bisa tersangkut di bangunan rumah warga.

Soal perbaikan pesawat, kata Gubernur seluruh biayanya akan ditanggung pabrik.(h)

Keyword:


Editor :
Jaka Rasyid

riset-JSI
Komentar Anda