DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah atau yang akrab disapa Dek Fadh, mengimbau kepada seluruh elemen di Aceh untuk menahan diri dan mengedepankan persatuan di tengah situasi bencana banjir dan longsor yang melanda hampir seluruh wilayah Aceh.
Seruan itu disampaikannya saat Peringatan 21 Tahun Tragedi Tsunami Aceh dan doa bersama untuk korban banjir-longsor yang digelar di Masjid Raya Baiturrahman (MRB), Banda Aceh, Jumat (26/12/2025).
Di hadapan ribuan jamaah yang memadati masjid kebanggaan rakyat Aceh tersebut, Dek Fadh secara terbuka menyayangkan terjadinya insiden keamanan di Aceh Utara pada malam sebelumnya.
Insiden yang dipicu konvoi bendera hingga berujung razia senjata api itu disebutnya tidak seharusnya terjadi, terlebih di tengah situasi darurat kemanusiaan.
“Kepada seluruh pihak, TNI, Polri, GAM, dan masyarakat, kami Pemerintah Aceh sangat menyayangkan apa yang telah terjadi tadi malam di Aceh Utara,” ujar Dek Fadh dalam video youtube Mesjid Raya Baiturrahman dilansir media dialeksis.com.
Dalam kesempatan itu, Dek Fadh secara khusus meminta TNI dan Polri agar menahan diri dalam menghadapi situasi di lapangan. Ia berharap pendekatan persuasif dan humanis lebih dikedepankan agar tidak memicu konflik baru yang justru menguras energi di saat rakyat sedang membutuhkan bantuan.
“Kami berharap kepada TNI dan Polri untuk menahan diri dari arogansi di lapangan. Mari kita jaga kekompakan. Kita bersatu padu untuk membantu saudara-saudara kita yang lagi mengalami bencana,” tegasnya.
Tak hanya aparat keamanan, Dek Fadh juga mengajak seluruh kelompok masyarakat, termasuk mantan kombatan GAM, untuk bersama-sama menjaga kondusivitas Aceh. Ia menegaskan bahwa Pemerintah Aceh terus memantau perkembangan situasi keamanan di Aceh Utara dan berharap ketegangan dapat segera diakhiri.
Ia mengatakan bahwa saat ini bukan waktu untuk mempertontonkan ego, kekuatan, maupun arogansi di lapangan. Menurutnya, Aceh sedang menghadapi ujian besar berupa bencana alam yang berdampak luas dan membutuhkan kekompakan seluruh elemen.
“Peristiwa semalam mungkin terjadi di Aceh Utara, tapi mari kita akhiri bersama-sama dengan kebaikan. Niat kita semua adalah niat kemanusiaan, untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang mengalami bencana,” lanjutnya.
Dalam pidatonya, Dek Fadh menggambarkan kondisi Aceh saat ini sebagai situasi yang sangat memprihatinkan. Ia menyebutkan bahwa jika tsunami 21 tahun lalu berdampak langsung pada empat kabupaten/kota, maka bencana banjir dan longsor yang terjadi saat ini justru meluas hingga 18 kabupaten/kota.
“Kalau tsunami dulu menghantam empat kabupaten, hari ini Aceh sedang terkepung banjir bandang di 18 kabupaten/kota,” ungkapnya.
Bahkan, berdasarkan laporan sementara yang diterima Pemerintah Aceh, sekitar dua juta jiwa saat ini terdampak dan berada dalam kondisi pengungsian. Angka tersebut menunjukkan besarnya skala bencana yang tengah dihadapi.
“Lebih kurang dua juta jiwa saat ini berada di pengungsian. Rakyat kita sedang susah. Jangan sampai kita sibuk berselisih, sementara saudara-saudara kita sedang menunggu bantuan makanan, obat-obatan, dan perlindungan,” ujar Dek Fadh.
Mengakhiri sambutannya, Wakil Gubernur Aceh mengajak agar seluruh elemen bangsa di Aceh bersatu. Ia mengajak TNI, Polri, GAM, pemerintah, dan masyarakat untuk menjadikan momentum peringatan tsunami sebagai refleksi bersama bahwa Aceh hanya bisa bangkit jika tetap bersatu.
“TNI, Polri, GAM, ayo semua kita jaga kekompakan. Mari kita satukan langkah dalam misi kemanusiaan. Aceh pernah bangkit dari tsunami karena persatuan, dan hari ini kita juga harus bangkit dengan cara yang sama,” pungkasnya. [nh]