kip lhok
Beranda / Opini / PON Aceh-Sumut dan Hari Kebangkitan Nasional 2024

PON Aceh-Sumut dan Hari Kebangkitan Nasional 2024

Senin, 20 Mei 2024 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Penulis :
Alif Alqausar

Alif Alqausar, Mahasiswa KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh. [Foto: dok. pribadi untuk Dialeksis.com] 


DIALEKSIS.COM | Opini - Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap tanggal 20 Mei, bertepatan dengan hari kelahiran Boedi Oetomo, 20 Mei 1908 bukan hanya sekadar peringatan hari bersejarah. Namun, juga merupakan momentum bagi bangsa Indonesia untuk merefleksikan pencapaian serta menatap masa depan dengan optimisme.

Boedi Oetomo yang menjadi organisasi politik pertama di Indonesia, lahir pada tanggal tersebut pada tahun 1908 di Gedung Stovia. Pembentukan Boedi Oetomo dipelopori oleh para pemuda. Organisasi ini bermula dari kesadaran akan ketertindasan yang membangkitkan semangat kemajuan dan kemerdekaan. Kegiatan para pemuda diarahkan ke satu masa depan yang bermuara pada pembentukan satu negara-bangsa yang merdeka.

Kini, semangat yang dikobarkan para pemuda pada masa itu harus terus dijaga dan diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks kekinian, ada banyak hal yang bisa dilakukan, termasuk dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga nasional.

Olahraga mengandung nilai-nilai tertentu yang bisa menyumbangkan konstruksi nilai-nilai dan budaya dalam masyarakat. Lebih jauh lagi, olahraga bahkan dapat menunjukkan karakter dan identitas sebuah bangsa.

Tak sedikit negara yang menggunakan olahraga sebagai kendaraan untuk meraih berbagai tujuan sosial dan kemanusiaan, seperti pendidikan, kohesi sosial, reintegrasi, diplomasi, dan perdamaian. 

Nelson Mandela dalam pidatonya di acara penghargaan Laureus World Sport Awards 2000, menyatakan, “Olahraga memiliki kekuatan untuk mengubah dunia. Olahraga memiliki kekuatan untuk mengispirasi, kekuatan untuk menyatukan orang-orang dengan cara tak bisa dilakukan oleh kegiatan lain.”

Tahun ini, Hari Kebangkitan Nasional atau Harkitnas terasa istimewa karena bertepatan dengan penyelenggaraan PON Aceh-Sumut yang akan berlangsung 9-20 September 2024. Lebih spesial lagi khususnya bagi masyarakat Aceh dan Sumatera Utara (Sumut) yang menjadi tuan rumah.

Momentum tuan rumah hendaknya memacu Aceh dan Sumut untuk melambungkan prestasi dan mengukir sejarah. Prestasi tinggi pun menjadi patokan dalam perhelatan olahraga terbesar nasional ini.

Dilansir dari berbagai sumber pemberitaan, Sumatera Utara mengincar raihan juara lima besar klasemen perolehan medali. Adapun Aceh mengejar prestasi menembus ranking 10 besar.

Terkhusus Aceh, daerah berjuluk “Serambi Mekkah” ini berambisi menembus 10 besar dengan perolehan 60 medali. Medali itu diharapkan berasal dari cabang atletik, anggar, angkat besi, sepatu roda, tarung derajat, kempo, taekwondo, judo, sambo, selancar ombak, dan terjun payung. Sejumlah cabang unggulan, seperti anggar, angkat besi, dan bela diri, diharapkan menyumbangkan medali lebih banyak dibandingkan dengan PON 2021.

Target itu tidak berlebihan kalau melihat rekam jejak positif Aceh dalam dua PON terakhir. Seusai terpuruk di urutan ke-22 (6 emas, 2 perak, 5 perunggu) di Sumsel 2004, ke-23 (4 emas, 4 perak, 10 perunggu) di Kaltim 2008, dan ke-25 (3 emas, 5 perak, 18 perunggu) di Riau 2012, Aceh beranjak ke urutan ke-17 (8 emas, 7 perak, 9 perunggu) di Jabar 2016 dan urutan ke-12 (11 emas, 7 perak, 11 perunggu) di Papua 2021.

Sekretaris Umum KONI Aceh Faisal Saifuddin mengatakan, pihaknya bekerja keras menyiapkan atlet dalam tiga tahun terakhir. Pelatda telah dimulai pada 2022 dan terus berlanjut tanpa putus hingga sekarang, yang memasuki tahap sentralisasi mulai Januari tahun ini. Dengan memulai pelatda lebih awal, tim pelatih memiliki waktu lebih banyak untuk mengontrol dan mengevaluasi perkembangan atlet.

Selain melakukan pelatnas lebih awal, KONI Aceh juga membenahi keorganisasian dan sistem pendukung para atlet untuk meningkatkan performa atlet. Salah satu caranya dengan mendatangkan pelatih kaliber nasional.

Kontingen Aceh akan menerjunkan sekitar 800 atlet yang berpartisipasi di semua nomor pertandingan yang ada. Para atlet itu sudah didata dan diseleksi lewat berbagai kejuaraan, antara lain kejuaraan nasional dan PON sebelumnya.

Sebagai rakyat aceh, kita berharap Aceh tidak tampil memalukan di kandang sendiri. Para atlet pun diharapkan mengerahkan segala daya dan upaya untuk melambungkan prestasi. Memutus dominasi kekuatan dari Pulau Jawa.

Pada saat ini, olahraga sudah menjadi alat ukur prestasi sebuah daerah yang menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat. Karena itu, ketika atlet Aceh memenangi pertandingan buka hanya kepuasan bagi atlet itu sendiri, melainkan juga bagu suporternya. Keberhasilan atlet aceh bukan hanya meningkatkan kegembiraan dan kebahagiaan, melainkan juga harga diri sosial.

Pada akhirnya, PON 2024 di Aceh dan Sumut menjadi pertaruhan nama baik daerah di kancah nasional dan ajang ini juga mempertaruhkan nama baik orang Aceh. Di samping meningkatkan citra , prestasi olahraga menjadi barometer kemampuan dan keberhasilan suatu bangsa. [**]

Penulis: Alif Alqausar (Mahasiswa komunikasi penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh)

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda