DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama menetapkan 90 siswa dari delapan provinsi sebagai Duta Nasional Peer Educator 2025. Mereka akan terlibat dalam edukasi sebaya untuk mencegah perkawinan anak sekaligus memperkuat karakter remaja di lingkungan sekolah dan madrasah.
Para duta ini akan dikukuhkan pada 28 November 2025, di Jakarta. Sekretaris Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam, Lubenah, mengapresiasi semangat para duta yang dinilai memiliki komitmen kuat dalam menjalankan peran mereka. Ia menilai kehadiran para remaja ini strategis dalam penyampaian pesan kebaikan kepada teman sebaya.
“Sebelum mengedukasi orang lain, setiap duta harus mempersiapkan diri dengan baik karena tanggung jawab yang mereka emban sangat besar,” ujar Lubenah saat membuka kegiatan Penguatan Kapasitas Duta Nasional Peer Educator Literasi Remaja Tangguh (PELITA) di Jakarta, Rabu (26/11/2025).
Menurut Lubenah, kedekatan usia membuat para duta lebih mudah diterima dalam kampanye pencegahan kawin anak dan perilaku berisiko lainnya.
Peran Edukasi Sebaya
Kasubdit Bina Keluarga Sakinah, Zudi Rahmanto, menjelaskan, perkawinan anak tidak hanya meningkatkan risiko stunting, tetapi juga berdampak pada masa depan remaja.
“Banyak dari mereka yang terpaksa putus sekolah, kehilangan kesempatan melanjutkan pendidikan, hingga mengalami isolasi sosial. Kondisi ini terutama dialami perempuan yang menikah dini dan terpisah dari lingkungan sebayanya,” ujarnya.
Ia menambahkan, pasangan yang menikah pada usia dini cenderung belum siap secara emosional sehingga rentan mengalami konflik hingga kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Karena itu, edukasi sebaya dinilai menjadi pendekatan yang efektif.
“Program ini menekankan pembinaan karakter Islami, pendidikan sebaya, dan literasi keluarga bagi para remaja. Para duta akan dibekali kemampuan untuk menyampaikan edukasi yang tepat, menarik, dan relevan di lingkungan masing-masing,” jelasnya.
Melalui pendekatan peer educator, pesan pencegahan kawin anak diharapkan tersampaikan lebih efektif karena dibawa langsung oleh sesama remaja. Program ini juga diharapkan dapat memperkuat ketahanan emosional, sosial, dan spiritual remaja sehingga melahirkan generasi yang tangguh dan berdaya. [*]