DIALEKSIS.COM | Feature - Hujan memang telah reda, tetapi jejak banjir dan longsor masih membekas di banyak sudut Aceh. Di posko pengungsian yang serba terbatas, kebutuhan paling dasar makanan kerap menjadi persoalan utama. Di tengah situasi itu, kehadiran 700 paket burger hangat justru menjadi cerita yang membekas, terutama bagi anak-anak korban bencana.
Aksi kemanusiaan ini digagas Burgerlah, usaha kuliner lokal milik Teuku Andika Risma Putra, yang berkolaborasi dengan Hustle Connection. Bantuan makanan siap saji tersebut disalurkan kepada masyarakat terdampak banjir dan longsor, termasuk di Kabupaten Bireuen dan kawasan Kutablang. Bagi warga, paket sederhana itu bukan hanya pengganjal lapar, tetapi juga penguat semangat di tengah masa sulit sebulan pascabencana.
“Dalam situasi bencana, kecepatan dan kebermanfaatan langsung menjadi kunci,” ujar Dika, sapaan akrab Teuku Andika Risma Putra kepada Dialeksis, 27 Desember 2025.
Ia menyadari bahwa di tengah keterbatasan dapur umum dan logistik, warga membutuhkan sesuatu yang bisa langsung dikonsumsi tanpa proses panjang. “Kami ingin memastikan bantuan benar-benar sampai pada kebutuhan paling mendesak makan hari ini, untuk bertahan hari ini.”
Bagi Dika, pilihan menyalurkan burger bukan semata soal produk usaha, melainkan soal kepraktisan dan empati. Ia menyebut, anak-anak sering kali menjadi kelompok paling rentan sekaligus paling terdampak secara psikologis.
“Melihat anak-anak tersenyum, itu memberi kami pengingat bahwa bantuan bukan hanya soal logistik, tapi juga tentang menjaga semangat hidup mereka di tengah kondisi sulit,” katanya.
Lebih dari sekadar bantuan darurat, inisiatif ini mencerminkan kepedulian sosial dan tanggung jawab moral pelaku usaha terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Dika menegaskan, penanganan bencana tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah.
“Sektor swasta dan komunitas punya peran penting untuk hadir lebih cepat, lebih fleksibel, dan langsung menyentuh masyarakat. Ini tentang saling menguatkan,” ucapnya.
Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi menjadi kunci agar bantuan tidak berjalan sendiri-sendiri. “Kami percaya, jika lebih banyak pelaku usaha dan komunitas mau bergerak bersama, dampaknya akan jauh lebih besar bagi masyarakat yang sedang berjuang memulihkan diri.”
Hal senada disampaikan Founder Hustle Connection, Tuanku Oriza Rizki Keumala saat dihubungi Dialeksis secara terpisah. Ia menilai kolaborasi ini sebagai bagian dari ikhtiar kolektif untuk menghadirkan kebahagiaan sekaligus pemenuhan gizi bagi anak-anak korban banjir.
“Keterbatasan menu di posko pengungsian membuat kehadiran burger hangat menjadi kejutan yang menyenangkan. Antusiasme anak-anak dan masyarakat luar biasa,” ujarnya.
Menurut Oriza, respons positif warga menjadi penguat bahwa bantuan kemanusiaan tidak selalu harus besar dan rumit. “Yang terpenting adalah tepat guna dan tepat waktu. Melihat anak-anak makan dengan lahap dan tertawa bersama adalah kebahagiaan tersendiri bagi kami,” tambahnya, seraya mengapresiasi para donatur yang turut mendukung aksi ini.
Saat ini, Burgerlah dan Hustle Connection masih berfokus pada respons darurat. Namun, komitmen untuk terus memantau kondisi lapangan tetap dijaga. Peluang bantuan lanjutan akan dibuka sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan para mitra.
Di tengah lumpur sisa banjir dan duka yang belum sepenuhnya pulih, burger hangat itu hadir sebagai simbol sederhana: bahwa kepedulian masih hidup, dan harapan bisa datang dari tindakan-tindakan kecil yang dilakukan dengan ketulusan.