Senin, 01 Desember 2025
Beranda / Ekonomi / Pasar Mobil Merosot, Kemenperin Siap Godok Insentif Berbasis TKDN

Pasar Mobil Merosot, Kemenperin Siap Godok Insentif Berbasis TKDN

Senin, 01 Desember 2025 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Redaksi

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief menilai lonjakan penjualan EV tidak mencerminkan kekuatan industri dalam negeri karena sebagian besar unit yang terjual merupakan impor. [Foto: dok. Kemenperin]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kementerian Perindustrian menegaskan industri otomotif nasional sedang berada dalam tekanan berat, meski penjualan kendaraan listrik meningkat tajam. 

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief menilai lonjakan penjualan EV tidak mencerminkan kekuatan industri dalam negeri karena sebagian besar unit yang terjual merupakan impor. 

“Keliru jika kita menyatakan industri otomotif sedang kuat hanya karena satu segmen tumbuh. Faktanya, penjualan kendaraan produksi lokal justru anjlok,” ujarnya.

Data Gaikindo menunjukkan penjualan wholesales Januari-Oktober 2025 turun menjadi 634.844 unit, sementara penjualan ritel merosot ke 660.659 unit. Produksi juga menurun dibanding tahun lalu. Segmen entry dan low yang selama ini jadi tulang punggung pasar domestik mengalami tekanan paling dalam. 

Menurut Febri, kondisi ini mengancam utilisasi pabrik, investasi, hingga keberlanjutan tenaga kerja. “Tidak adanya intervensi kebijakan akan membuat tekanan ini semakin dalam,” tegasnya.

Kemenperin mendorong agar insentif diberikan untuk memulihkan pasar, terutama bagi segmen menengah-bawah. Febri menyebut rancangan insentif akan mempertimbangkan nilai TKDN dan diarahkan untuk memperbaiki sentimen pasar. 

“Insentif akan menciptakan ruang penurunan harga, memperbaiki daya beli, dan membantu konsumen yang sangat sensitif terhadap perubahan harga,” kata Febri.

Dukungan datang dari komunitas otomotif. Founder X-MOC Sonny Eka Putra menilai insentif harus tepat sasaran. “Insentif itu perlu untuk mobil kelas menengah ke bawah biar tepat sasaran. Untuk segmen atas, rasanya tidak wajib,” ujarnya. 

Ketua Dewan Pengawas Calsic, Ryan Cayo, juga menyatakan insentif tidak boleh dipandang sekadar diskon bagi produsen. “Wacana insentif seharusnya dilihat sebagai stimulus untuk menjaga daya beli dan pergerakan ekosistem otomotif,” tuturnya.

Ketidakpastian kebijakan disebut membuat konsumen menahan pembelian. Pelaku usaha mobil bekas Yudy Budiman mengungkapkan penurunan transaksi semakin terasa. 

“Banyak orang menunda beli mobil karena menunggu kepastian insentif. Di pasar mobil bekas, penurunannya bisa 10-20 persen,” ujarnya. [red]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI