DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Suasana Balai Meuseuraya Aceh (BMA) selama tiga hari terakhir, 21-23 November 2025, dipenuhi oleh semangat kewirausahaan dan kolaborasi global.
Gelaran Muzakarah Saudagar Aceh bersamaan dengan UMKM Expo Saudagar Aceh 2025 menjadi magnet bagi pelaku usaha lokal, tokoh diaspora Aceh, serta buyer nasional dan internasional.
Acara ini merupakan buah kerja sama antara Majelis Pengurus Wilayah Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia (MPW ISMI) Aceh dengan Diaspora Global Aceh (DGA), dan mendapat dukungan penuh Pemerintah Aceh lewat Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKM) Aceh untuk memperkuat sektor UMKM serta mendorong penetrasi produk Aceh ke pasar internasional.
Pada hari pertama, 21 November 2025, dibuka dengan prosesi resmi yang khidmat. Ketua MPW ISMI Aceh, Nurchalis SP MSi, menyatakan bahwa acara ini bukan sekadar forum, melainkan momentum untuk membangkitkan ‘DNA Saudagar Aceh’.
“Kita ingin produk lokal kita dikenal dunia, dengan kualitas dan jaringan yang kuat. Kami melihat kepemimpinan Mualem-Dek Fadh di Aceh memiliki visi yang sangat strategis untuk membawa Aceh menuju lompatan ekonomi, dan kami dari ISMI siap bersinergi untuk itu,” kata Nurchalis.
Sementara itu, Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem), yang diwakili oleh Asisten II bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Aceh, Dr Ir Zulkifli MSi, menyebutkan bahwa dukungan pemerintah bukan hanya sekadar formalitas. Pemerintah Aceh menginginkan agar UMKM lokal naik kelas dan berdaya saing global.
“Kami dari Pemerintah Aceh sangat mengapresiasi keberadaan forum dan event seperti ini. Ini adalah momentum yang baik karena mengkoneksikan pelaku UMKM dengan saudagar-saudagar di luar Aceh. Kami dari dulu memang sangat mengharapkan forum-forum semacam ini bisa berlangsung lebih banyak,” ujarnya.
Di sisi lain, Ketua Umum Majelis Pengurus Pusat Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia (MPP ISMI), Dr Ing Ilham Akbar Habibie MBA, di hadapan para pemangku kebijakan merekomendasikan agar Aceh dijadikan sebagai wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Halal Indonesia.
Menurutnya, KEK Halal sangat logis dibangun di Aceh karena besarnya kebutuhan industri halal global terhadap pasokan bahan baku pasar dunia. ia menyebutkan bahwa ISMI siap menjadi anchor tenantpengolahan produk lokal Aceh.
“Dinamika geopolitik global yang kini terjadi membuat perdagangan internasional semakin menantang. Saat ini, perdagangan di wilayah Asia Tenggara sedang naik daun. Kerja sama segitiga pertumbuhan Indonesia“Malaysia“Thailand (IMT-GT) harus dibuat sebagai peluang strategis. Aceh dengan kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah harus melihat itu sebagai sebuah peluang strategis,” kata Ilham Akbar Habibie.
Di samping itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Diskop UKM Aceh, Zulkifli SPd MPd, menyebutkan pentingnya kolaborasi lintas sektor agar UMKM Aceh bisa menembus pasar global.
“Dengan dukungan yang terarah, UMKM Aceh tidak hanya mampu meningkatkan kualitas produksi, tetapi juga memperluas jaringan pemasaran ke berbagai dunia,” kata Zulkifli.
Pada hari kedua, 22 November 2025, Balai Meuseuraya Aceh dipenuhi oleh masyarakat yang antusias mengikuti seminar internasional Muzakarah Saudagar Aceh dan seminar nasional ekspor-impor berbasis komoditas lokal.
Dalam sesi tersebut, Pakar Halal Supply Chain Dunia, Prof Dr Marco Tieman, memberikan wawasan tentang bagaimana produk Aceh bisa memenuhi standar internasional, sementara Ketua DGA, Dr Ir Mustafa Abubakar, menekankan peluang besar yang bisa dibuka oleh jaringan diaspora di lebih dari 20 negara.
Sementara itu, Saudagar Aceh di Malaysia, Datuk Haji Mansyur Usman, merekomendasikan Pemerintah Aceh untuk segera mengimplementasikan jalur dagang Aceh-Malaysia lewat Pelabuhan Krueng Geukueh-Penang.
“Saya meminta Pemerintah Aceh untuk mengoperasikan Pelabuhan Krueng Geukueh-Penang awal tahun 2026 ini. Pemerintah Aceh harus memastikan apakah sanggup berlayar setiap hari untuk mengangkut komoditas Aceh? jika tidak bisa setiap hari, minimal seminggu sekali harus ada komoditi Aceh yang berlayar masuk ke Malaysia,” katanya.
Di area pameran, sekitar 50 UMKM Aceh menampilkan produk terbaik mereka. Aroma wangi parfum Aceh, kerajinan tangan Aceh, dan aneka kuliner khas Aceh menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Hari ketiga, 23 November 2025, fokus bergeser pada upaya nyata jalinan kolaborasi dagang. Business Matching menjadi agenda utama antara pelaku UMKM Aceh, buyer dan diaspora Aceh.
“Diaspora Aceh bukan sekadar penonton, tetapi jembatan nyata bagi produk Aceh ke pasar internasional. Kami memastikan hasil dari acara ini menjadi peluang bisnis yang konkret,” kata Ketua DGA, Mustafa Abubakar.
Adapun sepuluh UMKM lokal Aceh terpilih yang melanjutkan Memorandum of Understanding (MoU) dengan diaspora global adalah Udeung’du, Parfume Neelam/PT Global Mandiri, PT Suree Aceh Darussalam, Makpulo, Debebek, PT Cutkak Heritage Food, Azzeta Batik, Meutuwah Mata, PT Edy Eldina Manufacture, dan PT Tunas Karya Meutuah.
Selain itu, puluhan UMKM Aceh lainnya akan terus mendapatkan pendampingan dari MPW ISMI Aceh bersama Diskop UKM Aceh agar mereka dapat berkembang lebih optimal dan siap bersaing di pasar global.
Untuk diketahui, rangkaian musyawarah yang melibatkan para saudagar nasional dan internasional, pakar dunia, para buyer, serta para pemangku kebijakan di Aceh selama tiga hari terakhir ini telah menghasilkan sejumlah rekomendasi penting yang akan diserahkan langsung kepada Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota.
Rekomendasi ini diharapkan dapat menjadi landasan strategis dalam mendorong penguatan ekonomi daerah, memperluas jejaring perdagangan, serta mempercepat terwujudnya pembangunan Aceh yang berkelanjutan.
Salah satunya adalah peran inovasi dan teknologi. Inovasi produk dipandang menjadi faktor kunci untuk meningkatkan daya saing, terutama melalui desain, pengemasan dan diversifikasi produk.
Selain itu, pemerintah juga didorong untuk memperkuat kebijakan fasilitasi ekspor, termasuk penyederhanaan izin, dukungan logistik, dan akses pembiayaan. Selanjutnya, kolaborasi dengan perguruan tinggi dipandang sangat penting untuk pengembangan riset pasar, inovasi produk, dan pendampingan UMKM.
Tim panelis rekomendasi ini terdiri dari beberapa tokoh penting nasional, internasional dan lokal, terdiri dari Dr Ing Ilham Akbar Habibie MBA (Ketua Umum MPP ISMI), Dr H Mustafa Abubakar (Ketua DGA), Dr Marco Tieman (Pakar Halal Supply Chain Dunia/CEO LBB Internasional), Prof Dr Ir H Agussabti MSi (Wakil Rektor bidang Akademik USK), Prof Dr Syahrizal Abbas MA (Guru Besar UIN Ar-Raniry), Nurchalis SP MSi (Anggota DPRA Komisi III), hingga Ir H Muhammad Iqbal (ketua Kadin Aceh).
Di sisi lain, MPW ISMI Aceh juga menyerahkan penghargaan ISMI Award 2025 kepada sebelas tokoh Aceh yang dinilai berjasa dalam mendorong kemajuan ekonomi, sosial dan pembangunan daerah.
Tokoh-tokoh yang menerima ISMI Award 2025 adalah Surya Paloh, Tgk Malik Mahmud Al Haythar, Dr Mustafa Abubakar, Abdul Latief, H Ibrahim Pidie, Dr (HC) H Rusli Bintang, (Alm) Dr Mr Teuku Mohammad Hasan, (Alm) Prof Dr Ibrahim Hasan MBA, (Alm) H Harun Keuchik Leumik, (Alm) Teuku Markam, dan Tan Sri Dato’ Seri Sanusi Junid.
Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi atas dedikasi, inovasi, serta kontribusi nyata para tokoh tersebut dalam mengangkat marwah Aceh di tingkat nasional maupun internasional.
Acara ini juga diperkaya dengan persembahan seni budaya islami dengan penampilan para artis lokal. Kehadiran unsur seni dan budaya dalam rangkaian kegiatan ini turut menegaskan bahwa pembangunan Aceh tidak hanya bertumpu pada aspek ekonomi, tetapi juga pada pelestarian warisan budaya sebagai bagian penting dari kemajuan daerah secara holistik. (Akhyar)