DIALEKSIS.COM | Sabang - Pemerintah Aceh melalui Dinas Pangan Aceh belum dapat memastikan kapan pasokan dan harga sembako di Sabang kembali stabil.
Gangguan jalur darat dari Aceh dan Medan akibat banjir dan longsor membuat arus logistik tersendat, sementara beberapa stok seperti telur dan cabai mulai menipis di tingkat pedagang. Kondisi ini membuat proses stabilisasi pasokan berjalan tidak menentu.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kepala Dinas melalui Kabid Distribusi dan Cadangan Pangan Aceh, Yuni Saputri saat Satgas pangan melakukan Sidak di Pasar Induk Kota Sabang pada Senin (1/12/2025).
Dirinya mengatakan mengatakan pihaknya masih bekerja dalam masa darurat banjir ini yang ditetapkan hingga 11 Desember. Terangnya, setiap hari tim turun ke pasar untuk memeriksa stok dan harga, tapi ketergantungan Sabang pada jalur logistik dari luar pulau membuat situasi bergerak tidak pasti.
“Untuk saat ini kami belum bisa pastikan kapan kembali stabil. Jalur menuju Medan masih terhambat dan itu mempengaruhi semua pengangkutan. Stok lama masih ada, tapi stok baru belum tentu tiba sesuai jadwal,” kata Yuni Saputri.
Ia menjelaskan bahwa kondisi Sabang memang lebih baik dibanding 17 kabupaten di Aceh yang terisolasi akibat banjir besar. Di banyak daerah itu, lanjutnya, distribusi sembako atau bapok bahkan belum tersentuh karena akses darat sepenuhnya putus. Kendati demikian, Yuni menegaskan Sabang tetap harus bersiap menghadapi kemungkinan keterlambatan masuknya pasokan baru.
“Sabang sebenarnya masih bersyukur. Masyarakat masih bisa berbelanja. Tapi tetap saja kita tidak bisa menganggap aman. Stok baru kalau terlambat, otomatis berpengaruh pada harga,” ujarnya
Lebih lanjut dikatakan, salah satu kendala terbesar saat ini adalah pengiriman telur yang menjadi kebutuhan harian masyarakat. Menurut Yuni, telur sudah tersedia di Belawan dan siap dikirim ke Sabang tapi kapal 40 GT dari Lampulo yang rencananya membawa muatan itu belum dapat berangkat karena harus menunggu antrean pengisian BBM.
“Kami sudah urus semua. Telur di Belawan sudah siap. Tapi kapal yang mau angkut sekarang lagi antre minyak. Jadi mau tidak mau kami menunggu. Tidak bisa dipastikan datang hari ini atau besok,” jelasnya.
Ia menuturkan sebelumnya pernah berhasil memasukkan cabai dari Medan menggunakan jalur udara karena jadwal pesawat masih memungkinkan. Namun untuk telur, pengiriman lewat udara tidak efisien sehingga tetap bergantung pada kapal laut. Kondisi inilah yang membuat waktu kedatangan tidak bisa diprediksi dengan pasti.
“Kemarin waktu cabai kita bisa pantau pesawatnya dan bisa masuk. Tapi telur tidak bisa diperlakukan sama. Kita harus menunggu kapal. Dan kapal pun masih terkendala,” tambahnya.
Yuni menyampaikan bahwa harga beras sementara ini masih tergolong stabil meski ada potensi kenaikan kecil ketika stok lama habis. Ia mengatakan pedagang sudah menginformasikan kemungkinan kenaikan harganya berkisar antara seribu hingga dua ribu rupiah. Perubahan harga itu juga dipengaruhi biaya pengangkutan menuju Sabang.
“Untuk beras masih stabil. Tapi kalau stok lama habis dan masuk yang baru, ada kemungkinan naik sedikit. Itu normal karena ada biaya angkut yang berbeda dengan daratan,” sebut Yuni.
Dalam kondisi seperti ini, Dinas Pangan Aceh fokus memastikan stok tetap bergerak meski pelan. Yuni mengatakan seluruh upaya dilakukan agar kebutuhan masyarakat tetap tersedia dan tidak terjadi lonjakan harga yang terlalu tinggi.
“Kami berusaha terus. Setiap hari koordinasi, pantau, dan cari jalan agar pasokan tetap masuk. Walaupun sedikit, yang penting datang. Kita tidak mau masyarakat kesulitan,” ujarnya.
Pemerintah akan terus memantau perkembangan hingga masa darurat berakhir pada 11 Desember. Bila akses darat belum kembali normal setelah itu, Yuni mengingatkan bahwa proses stabilisasi bisa berlangsung lebih lama dari perkiraan. Namun ia memastikan Dinas Pangan Aceh tetap berada di lapangan untuk mengamankan pasokan.
“Selama jalur darat belum pulih, kita tidak bisa berharap stabil cepat. Tapi kami tetap ada di lapangan. Kita tetap kawal distribusi supaya kebutuhan masyarakat Sabang tidak terputus,” tutupnya. [*]