Minggu, 09 November 2025
Beranda / Berita / Dunia / Gaza Krisis Air Bersih

Gaza Krisis Air Bersih

Minggu, 09 November 2025 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi. Gaza Krisis Air Bersih. [Foto: tempo.co]


DIALEKSIS.COM | Gaza - Di tengah gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat, warga Gaza kini menghadapi ancaman lain yang tak kalah mematikan: krisis air bersih.

Melansir dari Al Jazeera, sebagian besar wilayah utara Gaza kini nyaris tidak memiliki akses air layak konsumsi. Banyak warga hanya bisa mandi sekali dalam 10 hari, bahkan harus meminum air yang terkontaminasi limbah dan garam.

“Kami tidak punya pompa, tidak ada listrik, dan pipa-pipa air hilang. Mandi setiap sepuluh hari saja sudah menjadi kemewahan,” ujar seorang warga Gaza kepada Al Jazeera.

Menurut laporan lembaga kemanusiaan Oxfam, pasokan air di Gaza kini tinggal sekitar 7 persen dibandingkan masa sebelum konflik. Sebagian besar jaringan pipa dan sistem desalinasi hancur akibat serangan udara Israel, sementara blokade bahan bakar membuat stasiun pengolahan air tak berfungsi.

Akibatnya, banyak keluarga terpaksa menggunakan air laut atau air sumur yang sudah terkontaminasi untuk minum dan memasak. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya penyakit berbasis air seperti diare, kolera, dan infeksi kulit.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan bahwa situasi kesehatan masyarakat Gaza berada di titik kritis, terutama karena sulitnya akses air bersih dan sanitasi di kamp-kamp pengungsian yang padat.

“Perlintasan Rafah sangat vital bagi pasokan air dan bantuan medis. Tanpa itu, warga Gaza tidak hanya kekurangan makanan, tetapi juga kehilangan hak dasar untuk hidup sehat,” tulis WHO dalam pernyataannya di media sosial.

Mesir sebelumnya menjadi jalur utama untuk bantuan air dan medis ke Gaza melalui perlintasan Rafah. Namun, penutupan berkala jalur tersebut membuat ribuan pasien dan keluarga di Gaza tidak dapat menerima bantuan penting.

Krisis air ini terjadi di tengah jumlah korban tewas di Gaza yang telah melebihi 69.000 jiwa, menurut data Kementerian Kesehatan setempat. Meskipun gencatan senjata telah diberlakukan sejak 10 Oktober, serangan sporadis dan kerusakan infrastruktur terus memperburuk kondisi kemanusiaan.

Di banyak wilayah, air bersih kini menjadi lebih berharga daripada makanan, menggambarkan betapa dalamnya penderitaan warga di wilayah yang terblokade lebih dari satu tahun ini. [Aljazeera]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI