kip lhok
Beranda / Berita / Kolaborasi Lintas Profesi, 223 Nakes Aceh Bersatu Lawan Resistensi Antimikroba

Kolaborasi Lintas Profesi, 223 Nakes Aceh Bersatu Lawan Resistensi Antimikroba

Minggu, 24 November 2024 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

ilustrasi Nakes. Foto: infopublik

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebanyak 223 tenaga kesehatan (nakes) dari berbagai profesi mengikuti webinar bertema “AMR Tantangan Global: Solusi Lokal - Peran Kritis Tenaga Kesehatan di Aceh” pada Kamis (21/11/2024). 

Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Banda Aceh (BPOM Aceh) Yudi Noviandi menekankan pentingnya sinergi tenaga kesehatan dalam mencegah ancaman resistensi antimikroba yang kian meningkat.

Kegiatan yang digelar BPOM Aceh dan diikuti dokter yang tergabung dalam IDI, apoteker, bidan, perawat, serta profesi lainnya melalui Zoom ini menjadi momentum penting untuk menyatukan tenaga kesehatan Aceh dalam upaya melawan resistensi antimikroba (AMR).

Yudi menegaskan bahwa kolaborasi antarprofesi merupakan kunci dalam pengendalian AMR.

Dalam sesi pertama, Agusdini Banun Saptaningsih, Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan, memaparkan kebijakan nasional untuk pengendalian AMR. Ia menjelaskan bahwa kebijakan tersebut bertujuan menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat infeksi AMR dengan memperlambat penyebarannya.

Agusdini juga menekankan bahwa antibiotik memiliki karakteristik unik dibandingkan obat lain, sehingga pengelolaannya memerlukan pendekatan khusus. 

"Upaya pengelolaan antibiotik harus difokuskan pada optimalisasi penggunaan yang tepat, bukan sekadar pengurangan pemakaian," ujarnya.

Ika Puspitasari, dosen dan peneliti Farmakologi dan Farmasi Klinis dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, menyerukan perlunya kolaborasi segera untuk mengatasi AMR. Ia menegaskan pentingnya peran aktif nakes dalam memberikan edukasi kepada masyarakat dan memastikan pembatasan penggunaan antibiotik tanpa resep dokter.

“Dalam kolaborasi ini, kita harus mengedepankan trust, respect, dan komitmen tinggi untuk pencegahan serta pengendalian resistensi melalui pengelolaan antibiotik yang bijak,” serunya.

Pada sesi berikutnya, Iman Murahman, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Aceh, berbagi praktik terbaik dalam pengendalian AMR di Aceh.

"Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kesadaran adalah memperbanyak literasi, baik secara khusus maupun melalui konten menarik seperti yang telah dilakukan oleh BPOM Aceh," ungkap Iman.

Tantangan pengendalian AMR

Sementara Syamsul Rizal, Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin, menyoroti tantangan dalam pengendalian AMR di fasilitas kesehatan. Syamsul menjelaskan bahwa penyalahgunaan dan penggunaan berlebihan antimikroba pada sektor manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan menjadi penyebab utama resistensi.

"AMR tidak bisa dihentikan, tetapi kita dapat menghambatnya melalui kerja sama lintas sektoral tenaga kesehatan untuk menekan dampaknya, khususnya di Aceh," tutup Syamsul.

Dengan antusiasme yang terlihat dari interaksi aktif peserta selama diskusi, webinar ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan mendorong aksi nyata tenaga kesehatan Aceh dalam melawan AMR. BPOM Aceh optimis bahwa kolaborasi lintas profesi yang terbangun melalui kegiatan ini mampu membawa solusi lokal untuk menghadapi tantangan global AMR.

Diharapkan, para nakes Aceh semakin memahami peran strategisnya dalam pengendalian AMR dan menerapkan langkah-langkah preventif di fasilitas kesehatan masing-masing. Semangat kolaborasi ini menjadi pondasi kuat untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan aman dari ancaman resistensi antimikroba. []

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda