Dua Dekade Pasca Tsunami, Prof Sugimoto Ingatkan Fungsi Tugu Tsunami di Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Tugu Tsunami No 48 yang terletak di kawasan SMPN 17 Blang Padang, Banda Aceh. Foto: Nora/Dialeksis
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Guru besar Universitas Osaka Jepang, Prof. Megumi Sugimoto, kembali mengingatkan masyarakat Aceh akan pentingnya fungsi tugu tsunami atau disebut tsunami pole yang tersebar di 85 titik di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Kedatangannya kali ini bertepatan dengan peringatan tsunami Aceh yang ke-20, yang jatuh pada 26 Desember 2024.
Didampingi oleh Kepala BMKG Aceh, Nasrol Adil, MT, Prof. Sugimoto melakukan kunjungan ke sejumlah tugu tsunami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Di setiap titik yang mereka kunjungi, mereka membagikan banner sebagai pengingat akan keberadaan tugu tsunami tersebut.
Kepala BMKG Provinsi Aceh, Nasrol Adil, mengungkapkan bahwa dalam survei yang dilakukan pada November 2024, Prof. Sugimoto menemukan fakta yang memprihatinkan. Banyak masyarakat di sekitar tugu tsunami yang tidak mengetahui fungsi sebenarnya dari tugu tersebut. Bahkan, beberapa tugu tsunami diubah fungsi menjadi tempat parkir atau pagar rumah.
"Di beberapa titik tugu tsunami bahkan dijadikan tempat parkir atau pagar rumah, jadi sudah berubah fungsi," ungkap Nasrol Adil kepada Dialeksis, Kamis (26/12/2024).
Padahal, sambungnya, tugu-tugu tersebut dibangun bukan hanya sebagai monumen untuk mengenang para korban yang meninggal akibat tsunami, tetapi juga sebagai alat pendidikan untuk masyarakat, khususnya generasi penerus, agar selalu waspada dan siap menghadapi bencana gempa atau tsunami yang mungkin terjadi lagi di masa mendatang.
Setiap tugu tsunami dilengkapi dengan informasi mengenai tinggi genangan air, jarak dari pantai, dan estimasi waktu kedatangan gelombang tsunami ke lokasi tugu.
Tugu tersebut dikerjakan oleh Yayasan Umi Abasiah Banda Aceh, berkerjasama dengan Kedutaan Jepang di Indonesia.
"Tugu ini bukan hanya sebagai kenangan, tetapi sebagai pengingat dan edukasi bagi masyarakat. Tujuannya agar kita lebih waspada dan menghindari bahaya jika terjadi bencana. Jauhkan diri dari tugu ini jika terjadi tsunami," jelasnya.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengajak berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah dan masyarakat, untuk lebih peduli terhadap keberadaan dan fungsi tugu tsunami.
"Kami juga berkoordinasi dengan berbagai stakeholder untuk menjelajahi langkah-langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk menjaga dan mensosialisasikan pentingnya tugu tsunami ini," pungkas Nasrol Adil.
Melalui inisiatif ini, diharapkan masyarakat Aceh dapat kembali mengingat dan memanfaatkan tugu tsunami sebagai sarana edukasi dan kesiapsiagaan menghadapi bencana di masa mendatang.