DIALEKSIS.COM | Takengon - Akses jalan darat sangat menentukan kelangsungan hidup masyarakat yang mendiami kawasan Gayo. (Bener Meriah, Aceh Tengah dan Gayo Lues). Bila hanya mengandalkan jalur udara untuk bantuan kemanusian, semasa darurat ini, rakyat di sana terancam mati kelaparan.
Tanpa akses jalan darat, rakyat di sana akan terkurung. Masyarakat sangat berharap akses jalan yang dapat menghubungkan tiga kabupaten itu bisa kembali dilalui kenderaan. Bila jalan terbuka, ancaman kelaparan mampu diantisipasi masyarakat.
Bantuan sembako yang menumpuk di Bandara Rembele di Bener Meriah, tidak mampu sepenuhnya diangkut untuk dibagikan kepada masyarakat Aceh Tengah, tetangga kabupaten ini. Apalagi sampai ke Gayo Lues. BBM langka, ruas jalan terputus menjadi kendala utama.
Harapan itu bertumpu pada ruas Jalan KKA, Lhokseumawe, Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues. Dan ruas jalan Biruen - Takengon yang kondisinya juga sangat parah.
Pemerintah pusat, Pemerintah Aceh harus serius memperhatikan ruas jalan ini. Apalagi Presiden Prabowo sudah mengunjungi langsung jembatan Teupin Mane, Juli, Bireuen. Dimana jembatan bailey ini ditargetkan akan rampung dalam pekan ini.
Pemerintah Pusat, Pemda Aceh, Bener Meriah, Pemkab Aceh Tengah harus serius membuka ruas jalan ini. Pemkab Aceh Tengah harus turun tangan membantu Bener Meriah, karena titik longsor lebih banyak berada di Bener Meriah.
“Bila akses jalan terbuka, masyarakat tidak akan kelaparan, kebutuhan hidup mampu terpenuhi, karena pasokan sembako dapat dilakukan. Namun bila ruas jalan itu masih hancur-hancuran, otomatis rakyat terancam kelaparan,” sebut Aman Iqoni RS, salah seorang masyarakat Aceh Tengah.
Jeritan kepiluan masyarakat Aceh Tengah dan berharap akses jalan ini secepatnya dibuka, turut disampaikan ketua DPRK Aceh Tengah, Fitriana. Dalam sebuah video yang beredar, Fitria mengungkapkan jeritan hati rakyat.
“Kami mewakili masyarakat Aceh tengah, dengan sangat penuh pengharapan, memohon bantuan kepada Bapak presiden. Bapak menteri dan Bapak Gubenur, agar mempercepat perbaikan Jalan Takengon-lhokseumawe, supaya segera bisa dilalui oleh kendaraan,” sebut Fitriana.
“Akses jalan ini penentu kehidupan masyarakat pedalaman Aceh, apalagi disaat kami ditimpa bencana. Karena stok sembako dan BBM sudah habis. Inilah jeritan hati rakyat kami yang tertimpa musibah,” sebut Fitriana.
Sampai saat ini kedua ruas jalan itu hancur-hancuran. Puluhan titik longsor berat diruas jalan ini membutuhkan keseriusan semua pihak untuk membangun kembali. Membutuhkan waktu dan kesiapan sarana.
Bila mengandalkan sarana yang ada saat ini, apalagi tidak tersedianya BBM, sangat sulit menyelesaikan akses jalan itu dapat dipergunakan dalam waktu dekat. Untuk itu masyarakat Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Luwes berharap pemerintah serius menangani ruas jalan ini.
Akses jalan tersebut sangat menentukan kehidupan masyarakat di kabupaten pedalaman Aceh, kawasan pegunungan ini. Beragam kebutuhan pokok mulai dari beras, sembako, hingga BBM sangat ditentukan oleh kedua ruas jalan ini.
“Bila kedua ruas jalan ini tidak terbuka secepatnya, secara perlahan-lahan rakyat Aceh Tengah hidup dalam bayang bayang maut. Kami yakin pemerintah tidak membiarkan hal ini, dengarlah jeritan hati kami,” sebut Marwan Effendy salah seorang relawan kemanusian di Takengon, yang aktif membantu masyarakat dalam memasok sembako.
Belum ada kepastian dari pemerintah kapan ruas jalan ini bisa diakses. Masyarakat selama ini bahu membahu, berjalan kaki, naik turun gunung, melangsir kebutuhan pokok, dan BBM.
Dampak dari putusnya akses jalan ini, harga BBM jauh diluar kewajaran. Untuk pertamax Rp 75.000 perliter, sementara solar antara Rp 40 ribu sampai 50 ribu, itu juga masih susah didapat. Untuk sembako yang bisa dibeli masyarakat, sampai saat ini belum ada yang menjual. [bg]