kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Pro Kontra Muktamar IDI ke-31, Masri Amin: Aceh Dirindukan

Pro Kontra Muktamar IDI ke-31, Masri Amin: Aceh Dirindukan

Rabu, 23 Maret 2022 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Alumni Politik Lokal dan Otonomi Daerah Universitas Gadjah Mada (UGM), Masri Amin. [Foto: Istimewa]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Alumni Politik Lokal dan Otonomi Daerah Universitas Gadjah Mada (UGM), Masri Amin mengaku bangga Provinsi Aceh menjadi tuan rumah Muktamar IDI XXXI, terlepas pro dan kontra di kalangan masyarakat dan pegiat. 

Diketahui Muktamar IDI XXXI diselenggarakan di Banda Aceh mulai 22 hingga 25 Maret 2022. 

Belakangan banyak yang mengkritisi dana Rp2 Miliar yang bersumber dari APBA yang pengesahannya bersama Gubernur dan DPRA untuk mendukung kegiatan tersebut. Menurutnya hal itu wajar dan normal di ruang publik. Tidak hanya dikritisi bahkan membandingkan apabila uang tersebut digunakan untuk beasiswa dan lain-lain. 

"Pendapat itu punya dasar dan dimaklumi di tengah himpitan kehidupan yang lain dan program yang penting untuk hajat hidup orang banyak di Aceh. Pendapat tersebut sah dan wajib dihargai serta bisa dipahami bagian dari hak warga," tulis Masri Amin dalam postingan Facebook pribadi yang dikutip Dialeksis.com, Rabu (23/3/2022). 

Masri Amin punya pemikiran sederhana dan positif terhadap polemik tersebut, karena dana Rp2 Miliar tersebut tetap dianggap rakyat Aceh yang menikmati. Namun, perjalanan melewati perhelatan itu, penggunaan uang tersebut tetap di Aceh karena untuk beragam keperluan perhelatan.

"Artinya rakyat Aceh yang menikmati. Atau anggap saja uang menguap keluar Aceh sebagian atau semua," tulisnya.

Disisi lain, kata dia, peserta yang hadir beserta rombongan di Aceh sekitar 2.000 orang. Andai peserta tersebut membelanjakan uang rata-rata di Aceh Rp1 juta, maka uang sejumlah Rp2 Miliar beredar di Aceh dari peserta. Atau anggap saja tidak sampai seperti itu.

Menurut Masri, perhelatan itu akan menjadi kampanye yang tak ternilai tentang Aceh ke pelosok nusantara. Bila sukses dan berkesan, maka Aceh menjadi kerinduan untuk dikunjungi kembali atau kerabat mereka di lain waktu. 

"Publikasi juga tetap mencantumkan Aceh sebagai titik yang mengiris Muktamar. Nilai uang tersebut mengalir ke sisi ini, medium kampanye tentang Aceh. Di waktu mendatang uang dari APBA itu kembali lagi ke APBA dan rakyat Aceh," terangnya.

Ia teringat ketika mengunjungi Jogja dan melihat Bali dan sekarang Lombok. Di Jogja, semua pihak yang mempunyai kaitan secara nasional atau luar Jogja atau dengan pusat, berusaha agar perhelatan seperti kegiatan kampus, Partai Politik, Asosiasi, lembaga negara, lembaga swasta, LSM dan lain-lain dari luar Jogja berusaha agar kegiatannya digelar dan dilaksanakan di Jogja. 

"Segenap warga Jogja yang beragam latar, termasuk kita yang sementara disana ikut mengkampanyekan Jogja layak dikunjungi dan ramah. Sehingga perputaran ekonomi terjadi disana," tulisnya lagi.

Kedepan juga Aceh menjadi tuan rumah PON. Muktamar IDI sebagai ujian menjadi duta Aceh yang baik, agar Aceh dirindukan oleh segenap penduduk penjuru nusantara. Aceh bukan semata karena konflik dan tsunami dikenal, lebih dari itu, Aceh dirindukan. 

"Terlepas perdebatan mengintari perhelatan Muktamar IDI XXI. Selamat bermuktamar," tutupnya. []

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda