Beranda / Berita / Aceh / Duta Bahasa Aceh 2024 Ajak Generasi Muda Lebih Peduli Bahasa Daerah

Duta Bahasa Aceh 2024 Ajak Generasi Muda Lebih Peduli Bahasa Daerah

Senin, 28 Oktober 2024 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Duta Bahasa Provinsi Aceh 2024, Rafifatul Salma. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Di tengah derasnya arus globalisasi dan dominasi bahasa-bahasa gaul yang semakin berkembang, Duta Bahasa Provinsi Aceh 2024, Rafifatul Salma, mengungkapkan keprihatinannya terkait nasib bahasa daerah di kalangan generasi muda. 

Menurut Salma, generasi muda saat ini cenderung lebih banyak menggunakan bahasa gaul dalam dunia digital, sehingga mengancam eksistensi bahasa daerah

Ia menegaskan, ketika bahasa daerah mulai ditinggalkan, bukan hanya bahasa itu yang terancam hilang, tetapi juga budaya dan kearifan lokal yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat.

Dalam pandangan Salma, bahasa daerah bukan sekadar alat komunikasi, tetapi cerminan kekayaan budaya dan identitas daerah yang memiliki nilai-nilai luhur. 

"Bahasa daerah menyimpan kearifan lokal yang merupakan hasil pengalaman dan pembelajaran panjang masyarakat kita. Ketika bahasa tersebut tidak lagi digunakan, kita juga kehilangan warisan budaya yang sarat makna," tutur Salma kepada Dialeksis.com, Senin (28/10/2024).

Ia mengingatkan, mengabaikan bahasa daerah sama dengan membiarkan bagian penting dari warisan budaya Aceh memudar.

Bagi Salma, salah satu cara efektif untuk mempertahankan bahasa daerah adalah dengan menghadirkan ruang-ruang kreatif yang memanfaatkan bahasa daerah sebagai medium utama. 

Hal ini, menurutnya, bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk seni, sastra, dan media sosial yang sedang digemari anak muda. 

"Kita bisa mulai dengan konten kreatif dalam bahasa daerah di platform media sosial. Dengan begitu, bahasa daerah bisa lebih mudah diterima generasi muda dalam konteks yang dekat dengan keseharian mereka," jelasnya. 

Selain itu, Salma juga menyoroti pentingnya memasukkan bahasa daerah ke dalam pendidikan formal dan non-formal. 

Menurutnya, memasukkan bahasa daerah dalam kurikulum, baik melalui pelajaran khusus maupun sebagai bagian dari materi budaya lokal, bisa menumbuhkan kesadaran sejak dini pada generasi muda tentang pentingnya melestarikan bahasa daerah. 

"Tidak hanya di sekolah, tetapi dalam kegiatan non-formal seperti komunitas sastra atau seni daerah, bahasa lokal harus mendapat tempat. Ini adalah bagian dari strategi yang memungkinkan bahasa daerah tetap hidup dan berkembang," katanya.

Sebagai Duta Bahasa, Salma juga mengajak para generasi muda untuk menjadikan upaya menjaga bahasa daerah sebagai bagian dari kontribusi mereka terhadap Indonesia Emas 2045.

Menurutnya, melestarikan bahasa daerah bukan hanya untuk kepentingan masa kini, tetapi juga sebagai upaya membangun Indonesia yang lebih kaya budaya dan berdaya saing di masa depan. 

Bahasa daerah adalah kekayaan kita. Dengan menjaga bahasa daerah, kita menjaga warisan bangsa dan mempersiapkan masa depan Indonesia yang berakar kuat pada nilai-nilai budaya," jelasnya.

Salma berharap melalui kampanye dan kegiatan literasi yang ia inisiasi bersama Ikatan Duta Bahasa Provinsi Aceh, generasi muda dapat lebih peduli dan berkomitmen dalam melestarikan bahasa daerah.

"Mari kita bersama-sama menjaga bahasa daerah, karena pada hakikatnya, ini adalah bentuk dedikasi kita untuk masa depan Indonesia," pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda