Satu Abad Nelson Mandela
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM Hari ini, 18 Juli 2018, lahir pejuang anti-apartheid Afrika Selatan yang bernama Nelson Mandela. Walaupun sang tokoh telah meninggal pada tahun 2013 lalu, ia tetaplah seorang yang terus dikenang, dan tepat hari sosok yang dikenal dengan panggilan Madiba ini genap merayakan 100 tahun kelahirannya.
Lahir di desa kecil Mvezo, dia tinggal di sini sampai usia 2 tahun. Kemudian dia dan keluarganya harus rela pindah ke Qunu dikarenakan ayahnya kehilangan posisi sebagai kepala desa dalam sebuah perselisihan dengan seorang hakim. Sayangnya, tujuh tahun kemudian Mandela kecil harus menjadi yatim karena ayahnya meninggal.
Akhirnya, dia dan ibunya terpaksa pindah lagi ke desa lainnya, yaitu Mqhekezweni. Dan disinilah bakat pemimpinnya mulai dikeluarkan, dia diadopsi oleh keluarga seorang pemimpin lokal Jongintaba Dalindyebo yang memang dipersiapkan untuk menjadi pemimpin. Dalam otobiografinya "Long Walk to Freedom" Mandela, ditulis bahwa minatnya dalam politik pertama kali menyala ketika mendengarkan para tetua suku mengadakan pertemuan masyarakat di Mqhekezweni.
Pemimpin anti-apartheid di Soweto
Soweto dibangun tahun 1930 oleh pemerintah kulit putih untuk merelokasi penduduk kulit hitam menjauh dari Johannesburg. Saat itu, Soweto berkembang menjadi kota kulit hitam terbesar di Afrika Selatan. Kemiskinan merajalela di kota yang kumuh itu. Aksi protes terhadap politik apartheid selalu marak diiringi dengan bentrokan dan kerusuhan.
Mandela tinggal di Soweto dari 1946 hingga 1962 dan bekerja dengan aktivis African National Congress (ANC) Walter Sisulu, yang banyak mempengaruhi kegiatan politiknya.
Rumah Mandela di Soweto sekarang juga sudah menjadi museum. Situs yang paling lengkap dan paling memilukan tentang politik apartheid terdapat di Apartheid Museum. Pintu masuknya dibagi menjadi bagian "blankes/kulit putih" dan "nie-blankes /non-kulit putih".
Museum ini merinci sejarah para pemukim kulit putih di Afrika Selatan, permulaan perjuangan anti apartheid dan perjuangan sehari-hari warga kulit hitam. Di sini diceritakan bagaimana Nelson Mandela mengubah ANC menjadi sebuah gerakan politik massa.
Tahun 1952 popularitas Mandela melejit dan terpilih menjadi Presiden ANC. Kemudian, dari tahun 1956 sampai 1961 ia kerap bolak-balik penjara karena dinilai suka menghasut, namun akhirnya divonis tidak bersalah. Puncaknya pada tahun 1962, ia ditahan dan dituduh melakukan sabotase dan bersekongkol menggulingkan pemerintahan, dan dihukum penjara seumur hidup di Pengadilan Rivonia.
Penjara dan Presiden
Mandela menghabiskan 18 tahun dari 27 tahun masa tahanan penjaranya di Robben Island, 45 menit dari Cape Town dengan perjalanan menggunakan feri. Disini dia ditahan bersama para pahlawan gerakan lainnya Walter Sisulu dan Govan Mbeki.
Terlepas dari penghinaan dan penindasan yang dialaminya selama bertahun-tahun di sini, Mandela juga mengasah keterampilannya sebagai seorang pemimpin dan negosiator handal. Inilah modal penting baginya ketika merintis menuju kepresidenan pada tahun 1994 setelah dia dibebaskan.
Selaku Presiden, ia menyusun konstitusi baru dan membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi untuk menyelidiki pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi sebelumnya. Ia juga memperkenalkan kebijakan reformasi lahan, pemberantasan kemiskinan, dan perluasan cakupan layanan kesehatan.
Kemudian, saat masa jabatannya habis, ia menolak mencalonkan diri untuk kedua kalinya dan digantikan oleh wakilnya, Thabo Mbeki. Ia kemudian menjadi negarawan ulung yang berfokus pada aktivitas amal demi memberantas kemiskinan dan HIV/AIDS melalui Nelson Mandela Foundation.
Warisan Mandela
Setelah dia pensiun dari jabatan publik, dia kembali lagi ke Qunu. Di sini berdiri Museum Nelson Mandela, yang diresmikan 11 Februari 2000, pada peringatan 10 tahun pembebasannya dari penjara.
Sekitar 200 kilometer ke selatan terletak Museum Steve Biko di King William's Town. Biko adalah ikon gerakan anti-apartheid lainnya, seorang nasionalis Afrika dan pemimpin gerakan akar rumput Black Consciousness Movement (Gerakan Kesadaran Kulit Hitam). Dia memiliki pengaruh besar pada Mandela. Dan dia meninggal tahun 1977 setelah ditangkap dan dipukuli.
Kontroversial nyaris mengisi sepanjang Nelson Mandela, para kritikus sayap kanan menyebut Mandela sebagai teroris dan simpatisan komunis. Meski begitu, tetap saja ia memperoleh pengakuan internasional atas sikap antikolonial dan anti-apartheidnya, ia menerima lebih dari 250 penghargaan, termasuk hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1993.
Afrika Selatan sekarang telah berkembang jauh. Mandela sangat dihormati di negaranya ini, rakyatnya menjuluki dia sebagai "bapak bangsa".