Gubernur Bank Indonesi,a Perry Warjiyo. (Foto: Reuters/Willy Kurniawan)

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Bank Indonesia menggelar acara tahunan rutin  hari ini, Selasa (27/11) di Jakarta. Acara yang dihadiri oleh Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo membahas Pertumbuhan Ekonomi yang diperkirakan akan terus meningkat hingga 2019 mendatang. 

Berdasarkan rilis yang diterima Dialeksis.com, prospek ekonomi Indonesia akan semakin membaik dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dan stabilitas yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 diperkirakan tetap meningkat hingga mencapai kisaran 5,0-5,4%. Inflasi 2019 tetap terkendali pada kisaran sasaran 3,5+1% dengan terjaganya tekanan harga dari sisi permintaan, volatile foods dan administered prices, ekspektasi inflasi, dan stabilnya nilai tukar Rupiah. Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo.

Defisit transaksi berjalan 2019, lanjutnya, akan turun menjadi sekitar 2,5% dari PDB dengan langkah-angkah pengendalian impor serta peningkatan ekspor dan pariwisita. Fungsi intermediasi perbankan dan pembiayaan ekonomi dari pasar modal akan terus meningkat. Pertumbuhan kredit pada 2019 diprakirakan mencapai 10-12%, sementara pertumbuhan DPK perbankan mencapai 8-10% dengan kecukupan likuiditas yang terjaga. Dalam jangka menengah, pertumbuban ekonomi 2024 diproyeksikan akan lebih tinggi lagi yaitu mencapai kisaran 5,5-6,1%, dan defisit transaksi berjalan akan menurun dibawah 2% dari PDB, katanya dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2018, hari ini (27/11). 

Pertemuan Tahunan Bank Indonesia diselenggarakan secara rutin setiap akhir tahun untuk menyampaikan pandangan Bank Indonesia mengenai kondisi perekonomian terkini, tantangan dan prospek ke depan, serta arah kebijakan Bank Indonesia. Pertemuan tersebut turut dihadiri oleh Pimpinan Lembaga Negara, Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Kepala Daerah, Pimpinan Perbankan dan Korporasi nonbank, Akademisi, Pengamat Ekonomi, serta Perwakilan sejumlah Lembaga Internasional. Tema yang diangkat dalam PTBI 2018 adalah Sinergi untuk Ketahanan dan Pertumbuhan. 

Dalam kesempatan tersebut, Presiden RI menyampaikan apresiasi atas langkan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian ekonomi global. Kebijakan Bank Indonesia dipandang tidak hanya menunjukkan ketegasan dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, namun juga mampu membawa persepsi positif terhadap pelaku pasar.

Bank Indonesia memandang terdapat tiga pelajaran penting perjalanan ekonomi pada tahun 2018 yang dapat dipetik untuk memperkuat sinergi dalam memperkuat ketahanan dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan di tengah kondisi ekonomi global yang masih kurang kondusif. 

Pertama, stabiltas dan ketahanan perekonomian perlu terus diperkuat. Kedua, daya saing dan produktivitas harus terus ditingkatkan untuk mendorong momentum pertumbuhan ke tingkat yang lebih tnggi. Ketiga, sinergi kebijakan antar otoritas menjadi kunci dalam upaya untuk memperkuat struktur ekonomi Nasional.

Dalam sambutanya, Gubernur Bl juga menyampaikan bahwa sinergi merupakan kunci untuk memperkuat ketahanan dalam menghadapi dampak rambatan global dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi menuju negara Maju yang sejahtera. Di tengah perkembangan ekonomi global yang tidak kondusif, kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2018 cukup baik dengan stabilitas yang tetap terjaga dan momentum pertumbuhan yang berlanjut.

Dengan kondisi perekonomian global yang belum kondusif, bauran kebijakan Bank Indonesia yang telah ditempuh pada tahun 2018 akan semakin diperkuat pada tahun 2019 mendatang. Untuk itu, terdapat 7 (tujuh) area kebijakan yang akan ditempuh oleh Bank Indonesia.

Pertama, kebijakan moneter akan tetap difokuskan pada stabilitas, khususnya pengendalian inflasi sesuai sasaran 3,5+1% dan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai fundamentalnya. Stance kebijakan moneter yang pre-emtive dan ahead-the-curve akan dipertahankan pada tahun 2019 mendatang. Kedua, kebijakan makroprudensial yang akomodatif akan ditempuh untuk mendorong intermediasi perbankan dalam pembiayaan ekonomi termasuk untuk menjaga ketahanan sistem keuangan dengan memperkuat surveilans terhadap bank-bank besar dan korporasi yang sistematik. Ketiga, kebijakan sistem pembayaran akan terus dikembangkan untuk kelancaran, efesiensi, dan keamanan transaksi pembayaran nontunai maupun tunai, termasuk dalam mendukung ekonomi dan keuangan digital. Keempat, akselerasi pendalaman pasar keuangan terus didorong untuk efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi secara lebih luas serta terus berpartisipasi aktif dalam inovasi berbagai instrumen pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur ke dapan. Kelima, mendorong pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, baik melalui program-program Bank Indonesia maupun sebagai program Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS). Keenam, perluasan pengembangan UMKM dengan fokus pada pengendalian inflasi dan penurunan defisit transaksi berjalan. Ketujuh dan terakhir, kebijakan Internasional diarahkan untuk memperkuat persepsi positif terhadap Indonesia dan berperan aktif dalam perumusan kebijakan di berbagai lembaga internasional. 

Bank Indonesia juga akan memperkuat sinergi bauran kebijakan ekonomi nasional dengan Pemerintah, OJK, dann otoritas lainnya. Sinergi bauran kebijakan akan diarahkan untuk pengendalian inflasi, perbaikan struktur ekonomi, stabilitas sistem keuangan, akselerasi pendalaman pasar keuangan serta ekosistem ekonomi dan keuangan digital.

Dalam kesempatan penyelenggaraan PTBI, Bank Indonesia memberikan apresiasi penghargaan tahun 2018 kepada 40 (empatpuluh) pelaku ekonomi dari 14 (empatbelas) ketegori yang terdiri dari korporasi, individu, perbankan, dan klaster. Penghargaan ini diberikan sebagai suatu bentuk apresiasi atas kinerja terbaik pelaku ekonomi, serta merefleksikan jalinan sinergi antara Bank Indonesia dan para pelaku ekonomi bersama Pemeritah, OJK dan LPS berupaya mewujudkan stabilitas makroekonomi, serta memfasilitasi akselerasi pertumbuhan ekonomi secara sehat dan berkesinambungan. (rel)