Kemenag Tahun Ini Moratorium Izin Pendirian PTKI Swasta Baru
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Depok - Kementerian Agama mulai tahun ini menghentikan sementara (moratorium) penerbitan izin bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Swasta.
"Tahun 2023, kami lakukan moratorium izin pendirian Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIS) baru. Ini untuk lebih menekankan pada kualitas atau mutu PTKIS, bukan semata kuantitas," tegas Dirjen Pendidikan Islam M Ali Ramdhani di Depok, Minggu (5/3/2023).
"Kita ingin PTKIS juga memiliki mutu dan daya saing yang tinggi, salah satunya dengan meningkatkan kapasitas kelembagaan melalui perubahan bentuk, dengan syarat akreditasi PT-nya baik," sambungnya.
Akan sampai kapan moratorium ini diberlakukan, Ali Ramdhani belum memberikan jawaban pasti.
Ali Ramdhani berkunjungan ke Depok dalam rangka peresmian transformasi Sekolah Tinggi Agama Islam Al Karimiyah menjadi Institut. Keberhasilan transformasi kelembagaan ini diapresiasi Dirjen Pendidikan Islam.
“Proses transformasi ini adalah sebuah keinginan besar kita untuk memperluas khidmah pendidikan Islam. Transformasi ini harus dimaknai dalam rangka peningkatan kualitas pada tata kelola perguruan tinggi,” pesannya.
Kang Dhani, panggilan akrabnya, berharap lulusan Institut Agama Islam Depok (IAID) Al Karimiyah dpaat menghadirkan karakter IHSAN dalam berbagai aspek kehidupan. Kata IHSAN merupakan akronim dari Integritas, Humanisme, Spiritualitas, Adaptasi, dan Nasionalisme
Integritas, artinya pengutamaan nilai kejujuran, loyalitas, kesetiakawanan, dan sebagainya. Humanisme pada dasarnya adalah menciptakan manusia yang berintegritas diiringi dengan nilai-nilai kemanusiaan.
“Lulusan lembaga pendidikan keagamaan Islam diharapkan menjadi orang yang memiliki jiwa jiwa yang humanis, wajah yang ramah tidak marah, membina tidak menghina, merangkul tidak memukul, mencinta tidak mencerca,” jelasnya.
Spiritualitas, artinya orang yang memiliki nilai-nilai spiritual. Aktivitasnya selalu diniatkan sebagai ibadah. Adaptasi, orang yang mampu berubah dan beradaptasi sesuai dengan keadaan. Dia mampu menyelaraskan diri dan berdialog dengan lingkungan strategis di sekitarnya, tanpa kehilangan identitasnya.
"Orang yang hebat pada hari ini adalah orang yang mampu membaca masa depan dengan baik,” ujarnya.
Terakhir, nasionalisme atau kebangsaan. Ramdhani mengatakan, kegagalan sebuah lembaga pendidikan Islam apabila alumni tidak memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.
“Dia harus memiliki nilai nilai Hubbul Wathon Minal Iman. NKRI harga mati. Itu adalah bagian dari batang tubuh seorang manusia dan dalam diri kita bahwa mencintai Tanah Air adalah bagian daripada iman," tutupnya.