Genjot Wisatawan Ke Aceh, Disbudpar Aceh Tetapkan Empat Cluster Wisata
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | JAKARTA - Sejak lima tahun terakhir dari 2014 hingga 2018, jumlah kunjungan wisatawan ke Aceh terus mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan industri pariwisata Aceh semakin berkembang.
"Jumlah kunjungan wisatawan ke Aceh meningkat, mencapai 2,5 juta orang, terdiri 2,4 juta wisnus dan 106 ribu wisman pada 2018. Sementara pada 2017, sebanyak 2,3 juta orang, terdiri dari 2,2 juta wisnus dan 78 ribu wisman," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Aceh, Jamaluddin, usai launcing Calender of Event Aceh 2019 di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata Republik Indonesia Jakarta, Sabtu (23/3), seperti yang dikutip pada laman AJNN.NET hari ini.
Menurut Kadisbudpar Aceh, angka ini diprediksi akan terus meningkat dan ditargetkan angka kunjungan wisnus di Aceh sebanyak tiga juta jiwa dan wisman 150 ribu orang pada 2019.
Dalam kesempatan ini, Jamaludin melalui Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar Aceh, Rahmadhani menambahkan, bahwa Pemerintah Aceh terus mengembangkan target pasar wisatawan. Beberapa hal dilakukan seperti meningkatkan pasar promosi di timur tengah, Thailand, dan Singapura.
Selanjutnya, Disbudpar Aceh telah menetapkan empat cluster wisata sebagai penunjang meningkatnya kunjungan wisatawan ke Aceh.
"Guna meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Aceh, ada empat cluster wisata yang dibagi, yaitu cluster wisata bahari dan budaya, cluster wisata Adventure, agro, dan olahraga. Lalu cluster wisata bahari dan ekologi serta cluster wisata religi dan heritage," ungkap Rahmadhani.
Dari empat cluster yang sudah ditetapkan itu, kata Dhani terdapat beberapa keunggulan yang telah mendunia, seperti di wilayah dataran tinggi Gayo, memiliki keunggulan Tari Saman yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2011 lalu.
Selanjutnya Kopi Gayo, telah diakui kualitasnya dalam International Fair Trade, pada tahun 2010 lalu, dan gunung Lauser sebagai warisan hutan hujan tropis Sumatera oleh UNESCO pada 2004.
Bukan hanya itu, lanjutnya, juga ada wisata bahari yang sudah tidak asing lagi didunia internasional, yakni International Surfing pada tahun 2018, yang digelar resmi oleh World Surf League (WSL) dan Asian Surfing Championship (ASC) di Kabupaten Simeulu.
"Berbagai kegiatan terus dilakukan tahun ini, dengan prinsip penguatan nilai-nilai budaya Aceh yang Islami, pelestarian lingkungan, dan serta pelibatan Generasi Pesona Indonesia (GENPI) Aceh," pungkas Dhani.